Pengamat Politik Arya Fernandes menilai adanya ketidak harmonisan di tengah-tengah hubungan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dengan Ketum Nasdem Surya Paloh.
Hal tersebut terlihat saat Megawati acapkali menyebut nama Prabowo Subianto dalam kongres PDIP V di Bali.
"Tentu saja Surya Paloh enggak nyaman. Setelah Pileg selesai dan Capres ditetapkan, PDIP justru menarik-narik Gerindra untuk masuk ke dalam kekuasaan," katanya kepada wartawan, kemarin.
Baca Juga: Gara-Gara Surya Paloh Tak Disapa, Nasdem Jadi Serang Mega?
Baca Juga: Tak Peduli Sikap Megawati pada Surya Paloh, Nasdem Lebih Pilih...
Lanjutnya, ia menilai kehadiran Prabowo akan membuat Presiden terpilih Joko Widodo sibuk menyesuaikan kembali alokasi kursi yang diperuntukkan bagi parpol koalisi.
"Tidak hanya dari sisi jumlah, tapi juga dari sisi kementeriannya," imbuhya.
Karena itu, ia menyarakan agar Jokowi tetap mempertahankan koalisi awalnya. Menurutnya, hal tersebut baik dilakukan guna menghindari risiko buruk yang bisa saja mengganjal pemerintahan bersama KH Maruf Amin ke depan.
"Jika tak dipertahankan, maka risiko politiknya tidak akan menguntungkan Jokowi. Nanti akan ada keretakan dari dalam," ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan dalam hal pembentukan kabinet, sebaiknya Jokowi hanya mengajak partai yang tergabung dalam koalisi sejak awal. Sebab, sambungnya, gerbong tersebut merupakan mesin pemenangan dan harus diberikan insentif.
"Mereka harus dapat alokasi kursi, kalau tidak dapat insentif dari petahana, tidak ada bedanya mereka dengan partai lain. Jadi sikap Surya Paloh (merespons kedekatan Mega-Prabowo) ya normal," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil