Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengupayakan pengembangan energi baru terbarukan (EBT). EBT merupakan salah satu komponen penting dalam mewujudkan energi berkelanjutan sekaligus menjaga ketahanan energi nasional.
Tercapainya ketahanan energi nasional selanjutnya akan mendukung peningkatan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional. Investasi EBT harus terus ditingkatkan secara masif guna mencapai target bauran EBT 23% pada tahun 2025 sebagaimana Rencana Umum Energi Nasional. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), F.X. Sutijastoto, mengatakan bahwa untuk mendukung pengembangan ekonomi nasional tersebut, diperlukan pertumbuhan di sektor lain, seperti pengembangan infrastruktur, inovasi teknologi, kapasitas sumber daya manusia yang memadai, dan yang paling penting adalah ketahanan nasional terhadap air, pangan, dan energi.
Baca Juga: Menteri ESDM Harapkan Inovasi Baru untuk Pengembangan Energi
"Di sinilah pentingnya. Untuk mencapai pengembangan ekonomi, dibutuhkan ketahanan energi. Kita ketahui bersama salah satu permasalahan utama tingginya defisit neraca perdagangan kita 5 tahun terakhir adalah ketergantungan kita pada migas dan harga sawit yang jatuh. Nah, inilah bagaimana kita mengurangi neraca perdangan dengan memanfaatkan sawit," jelas pria yang disapa Toto ini.
Untuk memastikan pengembangan EBT berjalan dengan baik, khususnya untuk mengurangi neraca perdagangan yang defisit, Dirjen Toto menyatakan bahwa kebijakan energi ke depannya akan berlandaskan pada 3 pilar: energy equity, environmental sustainability, dan energy security.
"Kami (Pemerintah) sedang memperbaiki kebijakan harga yang nanti kita wujudkan dalam Peraturan Presiden. Kita targetkan awal tahun depan kita sudah mempunyai Perpres yang menjabarkan ini semua. Kita siap mendengar masukan dari berbagai stakeholder," ujar Toto.
"Beberapa asosiasi sudah diskusi yang kondusif bersama kita dan sudah kita wujudkan dalam roadmap, yaitu roadmap panas bumi, roadmap tenaga surya, PLTA, dan PLTMH. Inilah yang dalam waktu singkat ini bisa mencermati kebijakan harga yang mencerminkan 3 pilar," tambahnya.
Untuk memastikan EBT berkembang, Kementerian ESDM telah memiliki target berupa bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025. Target ini optimis dapat dicapai karena potensi EBT yang dimiliki Indonesia cukup besar. Meski demikian, ia menyadari pentingnya konsistensi semua pihak dalam upaya percepatan pengembangan EBT ini.
Dirjen Toto menyebutkan beberapa strategi yang akan ditempuh untuk mempercepat pengembangan EBT, antara lain mendorong pengembangan biofuel melalui implementasi Mandatori Biodiesel 30 (B30), creating market, dan pengembangan kendaraan bermotor listrik.
"Pada intinya adalah potensi akan kita kembangkan kemudian kita akan mengikutsertakan para stakeholder dalam mengembangkan energi baru terbarukan. Konsep besarnya adalah mendorong investasi. Oleh karena itu, kita sedang mengupayakan agar kebijakan yang berkaitan dengan harga dan hal terkait lainnya akan kita perbaiki sehingga investasi untuk renewable energy itu bisa berkembang dengan cepat," pungkas Dirjen Toto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum