Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rusia Naikkan Ekspor Batu Bara ke China, Bersaing dengan Indonesia

        Rusia Naikkan Ekspor Batu Bara ke China, Bersaing dengan Indonesia Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Rusia tengah berupaya menggandakan ekspor batu bara ke China. Dalam hal ini Rusia bersaing dengan Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat.

        RT, Sabtu (8/2/2020), melaporkan, Rusia secara historis salah satu penghasil dan pengekspor minyak dan gas terbesar di dunia. Tapi tidak untuk batu bara. Meski begitu, negara ini tampaknya ingin meningkatkan ekspor batu bara.

        Untuk mewujudkannya, Rusia menyiapkan kapasitas cadangan produksinya dengan memastikan solusi infrastruktur yang tepat tersedia untuk mengangkut semua barang. Moskow meletakkan landasan untuk ekspansi skala besar pada pertengahan 2020-an.

        Baca Juga: Baja RI Dibombardir Produk Impor, Jokowi Marah: SNI Serampangan!

        Tahun lalu, produksi batu bara Rusia turun 0,2 persen dari tahun ke tahun menjadi 439 juta ton. Harga di Eropa dan Asia mencapai posisi terendah sepanjang multi-tahun musim panas ini. Eropa mengalami penurunan tajam, Januari kemarin.

        Permintaan domestik Rusia untuk batu bara juga mengalami stagnasi. Karena penggunaan batu bara di stasiun-stasiun termal terutama di Siberia Selatan menurun sebesar 3 persen dari tahun ke tahun. Sementara itu, permintaan kokas batu bara tetap stagnan.

        Hal ini pertanda stagnasi di masa depan. Namun industri batu bara Rusia tetap optimistis terhadap permintaan Asia. Ekspor batu bara Rusia pada 2019 meningkat 1 persen dari tahun ke tahun. Meningkatkan pengiriman ke wilayah Asia Pasifik adalah pendorong pertumbuhan yang paling kuat. Namun lonjakan Asia belum semuanya menguntungkan.

        Harga GAR Platts 'FOB Russia Pacific (6300 kcal/kg) rata-rata US$78,10 per metrik ton pada 2019, turun 29 persen dari 2018 US$108,70 per metrik ton. Akibatnya, pendapatan eksportir batu bara turun 10-15 persen dari 2018.

        Terlepas dari lemahnya harga, produsen besar seperti SUEK atau KRU terus bermimpi besar. Sebagai bukti ambisi mereka, kedua perusahaan ini memodernisasi aset produksi mereka.

        Strategi batu bara Rusia sebagaimana dalam Strategi Energi 2035 negara itu, adalah ambisi jangka panjang yang tidak serta merta menghasilkan hasil langsung. Ekspor ke wilayah Asia Pasifik tidak mudah dapat dilakukan karena keterbatasan infrastruktur.

        Rusia kesulitan dalam mengandalkan pasar Eropa. Jerman mengarah ke penghapusan pemanfaatan batu bara di negara Uni Eropa. Maka itu, Rusia berkeinginan mengumpulkan sebanyak mungkin pangsa pasar Asia.

        China menyumbang lebih dari setengah konsumsi batu bara global. Lokasi geografis negara ini sangat strategis di sekitar pusat produksi batu bara Siberia. Rusia sudah mengekspor sejumlah besar batu bara ke China, sekitar 30 juta ton per tahun. Namun potensi meningkatkan ekspor di tahun-tahun mendatang masih besar.

        Masalahnya, China telah mengenakan bea impor batu bara pada 2014. Namun negara ini membebaskan bea impor bagi negara-negara yang masuk dalam free trade agreement (FTA), kecuali Rusia. Tidak hanya itu, Australia dan Indonesia adalah pesaing utama di pasar batu bara China dan menikmati perdagangan bebas bea dengan China.

        Negara-negara kawasan Timur Jauh telah menunjukkan angka pertumbuhan yang spektakuler, meningkat lebih dari 50 persen dari tahun ke tahun pada 2019 menjadi lebih dari 70 juta ton. Hal ini dirancang untuk meraih pangsa pasar China yang lebih besar.

        Secara keseluruhan, Kementerian Energi Rusia memperkirakan ekspor batu bara Rusia ke China hampir dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang, menjadi 55 juta ton dari saat ini sekitar 30 juta ton per tahun. Namun lonjakan ekspor Rusia ke pasar Asia tidak perlu berakhir dengan China.

        Baca Juga: Harga Batu Bara Acuan Februari US$ 66,89, Terkerek Imbas Virus Corona?

        Akhir November lalu, Menteri Industri Baja India, Dharmendra Pradhan mengindikasikan bahwa pembuat baja India akan meningkatkan impor batu bara kokas mereka dari pelabuhan-pelabuhan Timur Jauh Rusia. Vietnam juga merupakan pasar batu bara potensial.

        Bahkan, tren jangka panjang mendorong industri batu bara Rusia untuk berbelok ke Timur. Indonesia (pemasok batu bara termal terbesar saat ini) diperkirakan akan mengalami penurunan produksi lebih dari 100 mtpa dalam dua dekade mendatang. Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) mengharapkan Rusia mengambil alih peranan eksportir batu bara termal terkemuka dalam dasawarsa ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lili Lestari
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: