Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Diambang Perang, AS Kepung Iran di Timur Tengah

        Diambang Perang, AS Kepung Iran di Timur Tengah Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, Baghdad -

        Amerika Serikat (AS) diambang perang langsung dengan Iran, setelah Washington membunuh Qassem Soleimani. Pemimpin pasukan elit Iran itu tewas dibom AS tidak lama setelah meninggalkan bandara Baghdad, Irak.

        Jika perang antara AS dan Iran akhirnya terjadi, Iran kemungkinan akan kesulitan menghadapi gempuran Washington. Alasannya, AS bukan hanya memiliki perlengkapan dan persenjataan yang lebih kuat, tapi AS juga sudah menempatkan ribuan pasukan di negara-negara di sekitar Iran.

        Melansir Neewsweek, AS setidaknya menempatkan pasukan di sembilan negara di kawasan Timur Tengah, yakni di Suriah, Irak, Uni Emirat Arab (UAE), Qatar, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, Bahrain, dan Oman. Selain itu, AS juga memiliki belasan ribu pasukan di Afghanistan.

        Baca Juga: Rouhani: AS Tidak Akan Lanjutkan Perang dengan Iran

        Di kawasan Timur Tengah, jumlah pasukan terbesar AS berada di Kuwait dan Qatar, dengan masing-masing 13 ribu tentara. Di Bahrain AS memiliki 7.000 tentara, Irak dengan 6.000 tentara dan UEA dengan 5.000 tentara.

        AS menempatkan masing-masing 3.000 tentara mereka di Saudi dan Yordania. Sementara itu, di Suriah, pasca penarikan mundur sebagian besar tentara mereka, Washington hanya tinggal menyisakan 800 personel. Sedangkan di Oman, AS memiliki 300 tentara.

        Keberadaan pasukan AS ini membuat Washington memiliki sedikit keunggulan jika terjadi perang darat dengan Iran. Namun, jumlah pasukan ini bisa saja berkurang dengan cukup drastis, jika Irak benar-benar mengusir tentara AS di negara mereka. Parlemen Irak, seperti diketahui telah mengeluarkan resolusi yang mendesak Baghdad untuk mengusir seluruh tentara asing, termasuk tentara AS.

        Keputusan Parlemen Irak ini mendapat kecaman dari Washington. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Morgan Ortagus mengatakan Washington benar-benar kecewa dengan keputusan tersebut.

        "Sementara kami menunggu klarifikasi lebih lanjut tentang sifat hukum dan dampak dari resolusi ini, kami sangat mendesak para pemimpin Irak untuk mempertimbangkan kembali pentingnya hubungan ekonomi dan keamanan yang sedang berlangsung antara kedua negara dan kelanjutan kehadiran Koalisi Global untuk mengalahkan ISIS," kata Ortagus.

        "Kami percaya adalah kepentingan bersama AS dan Irak untuk terus memerangi ISIS bersama. Pemerintahan ini tetap berkomitmen untuk Irak yang berdaulat, stabil, dan makmur," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Shelma Rachmahyanti

        Bagikan Artikel: