Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        4 Penyebab Lockdown di India Gagal

        4 Penyebab Lockdown di India Gagal Kredit Foto: Reuters/Anushree Fadnavis
        Warta Ekonomi, Bogor -

        Dengan jumlah penduduk terbanyak kedua setelah China, India mengambil langkah penuh risiko demi memerangi corona: karantina seluruh negeri (lockdown) selama 21 hari, sejak Selasa (24/3/2020).

        Maksud hati ingin menekan penularan COVID-19, kebijakan lockdown malah membuat masyarakat marjinal terkena imbasnya. Ribuan pekerja migran dan informal kehilangan pekerjaan, pasokan barang terganggu, ribuan tunawisma telantar di jalan, bahkan masalah kekurangan gizi juga terjadi. Bahkan, sejumlah penduduk kehilangan nyawa karena adanya lockdown.?

        "Pemerintah India menghadapi tantangan luar biasa untuk melindungi lebih dari 1 miliar orang penduduk. Pihak berwenang harus menyadari, kekurangan gizi dan penyakit yang tak diobati justru akan memperburuk masalah di tengah pandemi," kata Direktur?Human Rights Watch?Asia Selatan, Meenakshi Ganguly, dikutip dari situs HRW, Snin (30/3/2020).

        Baca Juga: Kepala Daerah Gak Bisa Seenaknya Lockdown, Mendagri Tito Keluarkan Surat Edaran

        Profesor dari Departemen Biostatistik Universitas Michigan, Ruam Bhattacharyya menilai, kebijakan lockdown?di India melahirkan banyak risiko, termasuk kegagalan dalam mengatasi penularan corona. Bhattacharyya sendiri merupakan bagian dari kelompok peneliti interdisipliner yang mengamati pandemi corona, termasuk memperkirakan penyebarannya.

        Berikut ini sejumlah alasan yang bisa membuat upaya?lockdown di India gagal, berdasarkan data yang?Warta Ekonomi kumpulkan dari berbagai sumber:

        1. Banyaknya pekerja di sektor informal

        Menurut Organisasi Buruh Internasional, 90% dari total tenaga kerja India bergerak di sektor informal. Artinya, ada jutaan penduduk yang bekerja tanpa asuransi sosial dan mengandalkan pendapatan harian.

        "Apa yang mereka makan malam ini bergantung pada apa yang mereka dapat di siang hari. Sekarang, di seluruh India, penduduk yang bekerja di sektor informal telah kehilangan pekerjaan" jelas Mantan Sekretaris Kesehatan India, Keshav, Desiraju.

        2. Tak didukungnya kebutuhan hidup masyarakat marjinal (kelas bawah)

        Bhattacharyya tak menampik kalau?lockdown penting dilakukan, mengingat banyak penduduk di kota kecil bekerja di kota besar. Jika mereka tetap masuk kerja di kota A lalu kembali ke rumahnya di kota B, maka potensi penyebaran virus akan semakin besar.

        "Lockdown?itu penting dan bijaksana, tapi tanpa menyokong para pekerja harian di sektor informal, kebijakan itu berisiko gagal."

        Apalagi, menurutnya, proporsi penduduk India yang hidup di bawah garis kemiskinan sangatlah besar.

        3. Ketersediaan tempat tidur yang rendah di rumah sakit

        Desiraju menilai, untuk keadaan darurat, sistem kesehatan India tidak bisa memberi respons baik. Per 1.000 orang di India, hanya ada 0,55 tempat tidur rumah sakit. Rasionya bahkan lebih kecil lagi di beberapa negara bagian. Contohnya, Bihar hanya memiliki 0,11 tempat tidur RS per 1.000 penduduk.

        Jika dibandingkan dengan China yang memiliki 4,3 tempat tidur RS per 1.000 penduduknya, India jelas jauh tertinggal. "Itu jelas akan menyulitkan para tenega kesehatan di garis depan, begitu pula bagi orang-orang yang dikarantina di rumah masing-masing," tambahnya.

        Ia pun mengakui, India belum cukup banyak berinvestasi di sektor kesehatan seingga saat menghadapi krisis seperti corona, kapasitas sistem kesehatan mereka tidaklah kuat.

        4. Tingkat tes corona yang rendah

        Pekan lalu, tepatnya Rabu (25/3/2020), India melaporkan lebih dari 600 kasus infeksi COVID-19. Bhattacharyya menilai, jumlah itu sebenarnya bisa lima atau enam kali lipat. Hari ini, jumlah kasus telah melonjak menjadi 1.071.

        "Dengan tingkat pengujian rendah, terdapat pertumbuhan eksponensial. Jadi, jika kita melakukan lebih banyak tes, maka pasti jumlah itu akan meningkat," katanya lagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: