Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BI Sumut) memperkirakan inflasi Sumut di 2020 masih berada di target dan proyeksi sebelumnya. Inflasi 2020 diperkirakan meningkat dari tahun 2019 tetapi masih berada di dalam sasaran inflasi nasional yaitu 3±1% (yoy) dengan potensi bias ke bawah seiring dengan daya beli masyarakat yang terbatas akibat Pandemi Covid-19.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat merincikan faktor pendorong inflasi diantaranya, penyesuaian harga rokok secara gradual sejalan dengan kenaikan cukai rokok rata-rata 23% dan mulai berlaku sejak Januari 2020, peningkatan harga komoditas impor seiring dengan terhambatnya pasokan karena pandemi Covid-19 mempengaruhi aktivitas produksi negara penghasil, tendensi peningkatan harga emas di pasar global akan turut mendorong kenaikan harga komoditas emas perhiasan serta Kota Gunungsitoli sebagai kota IHK baru.
"Sedangkan, faktor penahan inflasi diantaranya, ekspektasi inflasi yang terjangkar, cuaca dan iklim yang lebih kondusif dari tahun 2019 serta daya beli masyarakat terbatas akibat perlambatan ekonomi pada masa pandemi Covid-19," katanya, Rabu (15/4/2020).
Baca Juga: BI Suntik Lagi Likuiditas Rp117,8 Triliun
Dikatakannya, untuk bulan Maret 2020 lalu, Sumut tercatat mengalami deflasi -0,16% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 0,13% (mtm) serta lebih rendah dari Sumatera dan Nasional.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil deflasi paling besar didorong oleh penurunan harga cabai merah, minyak goreng dan angkutan udara. Sementara, komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah gula pasir dan emas perhiasan terkait dengan terbatasnya pasokan akibat keterlambatan impor serta permintaan yang tinggi pada komoditas emas sebagai aset lindung nilai," katanya.
Dampak Covid-19 terhadap inflasi diperkirakan masih terbatas, pasokan cukup baik tercermin dari harga beberapa komoditas yang cenderung menurun kecuali gula pasir terkait dengan keterlambatan impor. Belum terlihat adanya lonjakan permintaan akibat Covid-19 yang terpantau dari harga pasokan yang relatif normal dan terkendali.
"Sumut merupakan sentra penghasil beberapa komoditas pangan strategis, seperti cabai merah, beras, cabai rawit, minyak goreng dan telur ayam. Namun, terdapat komoditas strategis lain yang masih mengalami defisit antara lain, bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan daging ayam yang perlu terus menjadi perhatian karena membutuhkan supply dari luar," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: