Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        India Vs China: Negara Berkekuatan Nuklir tapi Ributnya Cuma Baku Hantam

        India Vs China: Negara Berkekuatan Nuklir tapi Ributnya Cuma Baku Hantam Kredit Foto: Reuters/Danish Ismail
        Warta Ekonomi, New Delhi -

        Pasukan China dan India bentrok di sepanjang perbatasan yang disengketakan di Pegunungan Himalaya pada Senin (15/6/2020) lalu. Meski keduanya adalah negara kekuatan nuklir Asia, namun bentrok tersebut tanpa senjata militer melainkan hanya dengan baku tinju, batu, pentungan dan tongkat besi.

        New Delhi mengonfirmasi 20 tentaranya terbunuh. Sedangkan Beijing tidak mengonfirmasi jumlah korban dari pasukannya, meski sumber militer New Delhi menyebut sebanyak 35 tentara China diperkirakan tewas atau pun terluka. Laporan lain menyebut 43 tentara Beijing tewas atau pun terluka.

        Baca Juga: Bocoran Intelijen AS: Tentara China Lebih Banyak Tewas daripada Tentara India

        Bentrok berlangsung di Lembah Galwan di bagian barat Himalaya.

        Media India melaporkan bahwa konflik pecah setelah pasukan Beijing ditemukan beroperasi di dalam "zona penyangga" yang disepakati di dekat Garis Kontrol Aktual (LAC), yang memisahkan kedua negara kekuatan nuklir.

        Namun, Beijing mengklaim bahwa pasukan India-lah yang melintasi perbatasan.

        Ketika terjadi pertengkaran, kedua pasukan yang tidak bersenjata militer mulai baku tinju, tawuran batu hingga bentrok dengan pentungan dan tongkat besi.

        Sumber-sumber pemerintah India mengatakan bentrok berlangsung selama enam jam, di mana ratusan tentara berdesak-desakan di bawah suhu dingin di daerah pegunungan yang curam dan berbahaya.

        Times of India melaporkan banyak prajurit kedua pihak terbunuh, termasuk seorang komandan India yang jatuh tewas setelah didorong ke tebing tinggi.

        Perdana Menteri India Narendra Modi memimpin hening cipta dua menit untuk para prajurit yang tewas ketika dia berbicara tentang konflik untuk pertama kalinya pada hari Rabu.

        "Saya ingin meyakinkan bangsa bahwa pengorbanan yang dilakukan oleh tentara kita tidak akan sia-sia," katanya.

        “Integritas dan kedaulatan India adalah yang tertinggi bagi kami, dan tidak ada yang dapat menghentikan kami untuk mempertahankannya. Tak seorang pun harus memiliki sedikit keraguan tentang ini. India menginginkan perdamaian. Tetapi atas provokasi, India akan memberikan jawaban yang sesuai," katanya, seperti dikutip AFP, Kamis (18/6/2020).

        “Putra-putra pemberani Ibu Pertiwi India melakukan pengorbanan tertinggi sambil melindungi Tanah Air kita di Lembah Galwan. Saya salut kepada mereka ... Di saat kesedihan yang sulit ini, saya menyatakan belasungkawa kepada keluarga para martir ini. Hari ini, seluruh bangsa ada bersama Anda. Simpati negara bersama Anda," lanjut Modi.

        Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menuntut agar India menghukum mereka yang berada di belakang bentrokan dan memperingatkan New Delhi untuk tidak meremehkan tekad Beijing untuk melindungi apa yang dianggapnya sebagai wilayah kedaulatannya.

        "Pihak India sebaiknya tidak membuat penilaian yang salah terhadap situasi, lebih baik tidak meremehkan tekad kuat China untuk mengamankan wilayah kedaulatannya," kata Wang Yi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri.

        Dalam sebuah panggilan telepon, Wang Yi mengatakan kepada rekannya dari India, Subrahmanyam Jaishankar, bahwa Beijing menginginkan penyelidikan menyeluruh.

        Bentrokan itu adalah konfrontasi mematikan pertama di perbatasan yang disengketakan antara India dan China sejak 1975.

        Bentrok berdarah itu memicu protes di India, di mana sejumlah orang berkumpul di luar Kedutaan China di New Delhi pada hari Rabu untuk menuntut larangan masuk barang-barang China.

        Mereka membawa plakat, foto tentara China dan foto Presiden Xi Jinping yang dicoret-coret.

        Sekelompok kecil pensiunan personel militer India juga berkumpul di dekat kedutaan tersebut dengan membawa plakat bertuliskan "Tentara Tiongkok jatuh."

        Seorang pakar mengatakan kedua negara tidak mungkin menuju perang militer. Pakar juga percaya meredakan ketegangan dengan cepat akan sulit.

        "Ini kemungkinan akan menjadi momen penting dalam hubungan India-China dan geopolitik Indo-Pasifik," kata Abraham Denmark, direktur program Asia di The Wilson Centre, sebuah kelompok think tank di Washington DC.

        "Kedua negara dipimpin oleh orang-orang yang menganut nasionalisme, dan kedua negara menghadapi pergolakan domestik dan internasional yang luar biasa sebagai akibat dari Covid-19 dan masalah lama lainnya."

        Pertanyaan utama sekarang adalah apakah kedua belah pihak dapat menemukan jalan menuju eskalasi dan apakah sekutu India seperti Amerika Serikat akan membantu.

        "Ini adalah situasi yang sangat fluktuatif dan berbahaya antara dua kekuatan nuklir nasionalis pada saat pengaruh Amerika berkurang," kata Denmark.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: