Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengapa Jaga Jarak 1,5 Meter Ideal Setop Sebaran Virus Corona?

        Mengapa Jaga Jarak 1,5 Meter Ideal Setop Sebaran Virus Corona? Kredit Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Selama tiga bulan, warga Australia dan banyak negara lainnya telah menaati aturan berjarak 1,5 meter yang telah dianggap menjadi salah satu cara untuk menurunkan penularan virus corona.

        Tapi aturan menjaga jarak setidaknya 1,5 meter sekarang mulai dilonggarkan, bahkan ada pula yang mulai meninjau kembali.

        Sama halnya dengan Australia, setiap negara di dunia memiliki aturan jarak pemisah yang berbeda-beda. Namun, saat ini, beberapa di antaranya sedang meninjau kembali aturan tersebut.

        Bahkan sampai dua minggu yang lalu, belum ada bukti kuat apakah "physical-distancing" atau "social distancing" sebenarnya turut menekan penyebaran COVID-19.

        Ini berarti, aturan besaran jarak antar individu di Australia yang sudah mulai berlaku sejak Maret lalu ini, hanyalah perkiraan berdasarkan asumsi.

        Penerapannya di dunia internasional

        • Anjuran resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah menjaga jarak antar individu setidaknya 1 meter
        • Beberapa negara (Prancis, China dan Singapura) telah mengadopsi anjuran 1 meter sejak awal pandemi
        • Beberapa hari yang lalu, Pemerintah Inggris meninjau kembali aturan jarak 2 meter untuk menjadi 1 meter sebelum Juli mendatang
        • Denmark telah memotong besaran jarak dari 2 meter menjadi 1 meter awal bulan Juni dan mengimbau masyarakat melakukan isolasi mandiri bila memiliki gejala
        • Kanada telah menggandakan besaran jarak 2 meternya, setelah pakar kesehatan publik menganggapnya sebagai upaya berjaga-jaga

        Asal mula aturan besaran jarak 1,5 meter

        Pemberlakuan jarak antar individu sudah dipercaya dapat meminimalisir risiko penularan penyakit melalui air liur sejak Perang Dunia I.

        Bila seseorang memiliki penyakit seperti COVID-19 atau tuberkulosis, percikan air liur atau "droplets" akan ikut terinfeksi dan menularkan saat "mendarat" di bibir, mata, dan hidung orang lain.

        Berdasarkan metode hitungan sederhana William Wells, insinyur Harvard, ketika sedang meneliti penyakit tuberkulosis, percikan air berukuran besar dapat terbang sejauh hampir 1 meter, namun tidak lebih dari 2 meter, sebelum akhirnya jatuh ke tanah.

        Namun, percikan ini dapat terbang sejauh 8 meter bila ada angin atau dikeluarkan melalui aktivitas yang disengaja, misalnya ketika bernyanyi.

        Teaser Seberapa cepat penularan virus corona Seberapa cepat penularan virus corona di dunia?

        Para ahli dan WHO juga menyetujui bukti bagaimana virus corona dapat menular melalui partikel kecil yang membentuk semacam awan, seperti asap rokok.

        Partikel kecil ini dapat bertahan lebih lama dalam ruang tertutup, paling tidak selama beberapa menit, hingga maksimal dalam waktu beberapa jam.

        Berdasarkan analisa ini, menentukan jarak 1 hingga 2 meter dipertanyakan kembali oleh beberapa ahli bidang kimia atmosfer dan dua orang epidemiolog di Australia.

        Pernah diterapkan saat wabah sebelumnya

        Epidemiolog dan penasihat WHO, Mary-Louise McLaws mengatakan anjuran jaga jarak 1 meter, hanya efektif dalam situasi di mana udara dalam sebuah ruangan tersaring.

        "Pengaruh aliran udara belum diperhitungkan dari [aturan] besaran jarak 1 meter ? dan ketika ditambahkan sebagai faktor, akan menjadi sangat menakutkan," katanya.

        "Australia tentunya keliru bila melindungi diri dengan menerapkan jarak 1,5 meter ? tapi [aturan ini berlaku] sebelum kami memahami pengaruh aliran udara."

        Professor Mary-Louise berpendapat cara mengendalikan penularan belum sesuai dengan perkembangan ilmiah mengenai penularan virus melalui percikan dahak, baik dalam ukuran besar maupun kecil.

        Allan Cheng, direktur pencegahan infeksi dan epidemiolog layanan kesehatan di Alfred Health, setuju bahwa pedoman tersebut harus diralat.

        "Ini adalah hal lama yang terjadi sepanjang sejarah. Data di balik [pedoman] tersebut tidak kuat."

        Namun, aturan besaran jarak 1 hingga 2 meter ini telah menjadi "aturan praktis" dalam menghadapi penyebaran virus pernapasan, seperti di masa Ebola dan SARS.

        Selama ini, pedoman aturan jarak yang berlaku di seluruh dunia memang bercampur aduk.

        Departemen Kesehatan Australia mengatakan jarak 1,5 meter dianggap sebagai pilihan terbaik ketika mempertimbangkan penularan virus dari percikan air liur berukuran besar.

        "Informasi ini berdasarkan pada apa yang selama ini diketahui tentang virus lain, seperti virus flu dan penularannya," ujar juru bicara Departemen Kesehatan Australia.

        Singkatnya angka tersebut bukanlah "angka ajaib" untuk menghindari penularan, tapi semakin jauh seseorang berjarak dari yang lainnya, semakin aman-lah mereka.

        "Ketika menjaga jarak 1,5 meter, anda belum pasti terhindarkan dari virus, bukan pula lebih berisiko jika virus bisa mencapai 1,49 meter," kata Profesor Allan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: