Di ujung gurun Provinsi Utara Khorasan, Iran, dekat cadangan bauksit terbesar negara itu, ada kompleks produksi aluminium. Pemerintah mengatakan pabrik-pabrik alumunium itu akan mendorong produksi logam Iran.
Namun di lokasi dekat Kota Jajarm itu, juga ada sebuah fasilitas rahasia yang didirikan pasukan khusus Iran, Garda Revolusi. Berdasarkan dokumen yang dilihat kantor berita Reuters dan salah satu mantan pejabat Iran, fasilitas tersebut memproduksi bubuk alumunium yang digunakan dalam program rudal.
Baca Juga: Sanksi Ekonomi Bikin Iran Makin Kuat, Rezim Rouhani: Kami Pemenang Perang, Bukan Trump
Serbuk alumunium yang berasal dari bauksit adalah bahan utama bahan bakar padat yang digunakan untuk meluncurkan rudal. Mantan pejabat tersebut, Amir Moghadam mengatakan, Iran sudah memproduksi serbuk aluminium untuk digunakan militer sejak lima tahun yang lalu.
Moghadam adalah mantan kepala hubungan masyarakat dan utusan urusan parlemen di kantor wakil presiden Iran dari 2003 hingga 2018. Selama menjabat, ia mengawasi sejumlah kebijakan ekonomi.
Moghadam mengatakan, sudah mengunjungi fasilitas rahasia tersebut dua kali. Fasilitas tersebut masih memproduksi serbuk alumunium hingga ia meninggalkan Iran pada 2018.
Produksi serbuk alumunium Iran dikembangkan di tengah sanksi-sanksi internasional yang dirancang untuk menghalangi upaya negara itu memiliki senjata berteknologi canggih. Amerika Serikat (AS) sekutu-sekutunya melihat rudal Iran sebagai ancaman bagi kawasan dan dunia.
Sejak 2011 hingga 2018, banyak dokumen dan orang yang berkaitan dan terlibat dalam proyek produksi serbuk alumunium. Komandan Garda Revolusi yang saudara laki-lakinya disebut sebagai bapak program misil Iran, mengirimkan surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Dalam surat tersebut, Mohammad Tehrani Moghadam menggambarkan, fasilitas di Jajarm sebagai 'proyek untuk memproduksi bahan bakar misil dari bubuk logam'. Ia menulis, fasilitas tersebut akan 'memainkan peran penting dalam meningkatkan kemampuan dalam negeri memproduksi bahan bakar padat untuk rudal'.
Surat itu tak bertanggal tapi berdasarkan peristiwa yang disinggung tampaknya dari tahun 2017. Juru bicara misi Iran untuk PBB di New York Alireza Miryousefi membantah adanya fasilitas tersebut.
"Kami tidak memiliki informasi mengenai klaim-klaim ini dan tidak ada dokumen yang otentik. Kami harus ulang kembali Iran tidak pernah berniat memproduksi hulu ledak atau rudal nuklir," kata Miryousefi, Rabu (24/6/2020).
Iran selalu mengatakan program rudal mereka semata-mata untuk pertahanan. Garda Revolusi adalah lembaga yang mengawasi program rudal Iran.
Hubungan masyarakat mereka tidak menjawab pertanyaan mengenai hal ini. Mohammad Tehrani Moghadam yang mengirimkan surat ke Khamenei juga tidak menanggapi permintaan komentar. Begitu pula dengan kantor Pemimpin Tertinggi Iran dan Presiden Hassan Rouhani.
Pengungkapan yang dilakukan Amir Moghadam ke Reuters mungkin akan menambah dorongan Washington untuk menyelidiki program rudal Iran. Mantan pejabat Iran itu kini tinggal di Prancis.
Ia meninggalkan Iran pada 2018 setelah dituding memicu kerusuhan karena menuduh sejumlah pejabat melakukan korupsi. Amir Moghadam mengatakan ia ingin membongkar program ini karena ia yakin ambisi rudal Iran bukan untuk kepentingan rakyat Iran.
AS memberlakukan berbagai sanksi terhadap Iran, termasuk mengincar industri logam dan program rudal balistik negara itu. Sanksi AS melarang operasi dan transaksi yang berkaitan dengan sektor logam Iran. Sanksi-sanksi itu juga menargetkan Garda Revolusi dan pihak ketiga yang menyediakan materi atau melakukan transaksi tertentu dengan Garda Revolusi.
Departemen Keuangan AS memiliki peran penting dalam sanksi-sanksi administrasi tersebut. Mereka menegaskan akan menanggapi laporan apa pun yang berkaitan dengan pelanggaran sanksi dengan serius.
"Sementara kami tidak berkomentar atas kemungkinan penyelidikan lebih lanjut, kami berkomitmen bersama pihak berwenang kami, kami menargetkan orang-orang yang mendukung rezim Iran dan aktivitas ilegal mereka di seluruh dunia," kata Kementerian Keuangan AS.
PBB melarang Iran melakukan aktivitas yang berkaitan dengan rudal balistik yang meningkatkan kemampuan mereka memiliki senjata nuklir. Juru bicara Departemen Bidang Politik dan Pembangunan Perdamaianan PBB tidak yakin produksi serbuk alumunium melanggar larangan PBB.
"Dewan Keamanan belum menjelaskan apakah kemampuan Iran memproduksi serbuk aluminium yang digunakan untuk meluncurkan rudal tidak konsisten dengan pembatasan aktivitas nuklir," kata Jose Luis Diaz.
Direktur program kebijakan nuklir dan nonproliferasi lembaga think-tank International Institute for Strategic Studies, Michael Elleman mengatakan memproduksi serbuk alumunium untuk meluncurkan rudal dapat memberikan Iran kendali yang lebih banyak. Baik pada rantai pasokan maupun kualitas serbuk.
Berdasarkan dokumen berkaitan program serbuk alumunium yang dilihat Reuters, fasilitas di kota Jajarm dikelola oleh Iran Alumina Company (IAC). Perusahaan itu adalah anak perusahaan dari perusahaan logam dan tambang milik pemerintah Iranian Mines and Mining Industries Development and Renovation Organisation (IMIDRO).
Baik IAC maupun IMIDRO belum menanggapi permintaan komentar. Dalam situsnya, IAC mengatakan perusahaan itu mengelola tambang bauksit dan memproduksi aluminium di komplek yang terletak sekitar 10 kilometer utara Jajarm.
Bauksit diproses menjadi alumina yang digunakan untuk memproduksi aluminium. Serbuk aluminium terbuat dari logam. Serbuk alumunium digunakan berbagai produk mulai dari cat, perangkat elektronik hingga, panel surya, dan kembang api.
Karena memiliki daya ledak, serbuk alumunium juga bahan utama bahan bakar padat yang digunakan untuk meluncurkan roket dan rudal. Ketika dicampur dengan materi yang mengandung oksigen, energi yang dihempaskan luar biasa besar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: