Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tekan Biaya Reklamasi, SIG Mulai Gunakan Sistem Alur

        Tekan Biaya Reklamasi, SIG Mulai Gunakan Sistem Alur Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
        Warta Ekonomi, Surabaya -

        Pasca tambang batu kapur dipabrik Tuban, Jatim, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mulai menerapkan teknik reklamasi sistem baru yakni sistem alur.

        Menurut General Manager of Mining & Raw Material SIG, Musiran, sistem alur ini  lebih ramah lingkungan dan efisien dibandingkan reklamasi yang dilakukan pada umumnya. Teknik sistem alur dilakukan dengan membuat lubang berbentuk alur memanjang seperti parit dengan dimensi tertentu sebagai media tanam.

        Lebih lanjut dia menjelaskan,  metode reklamasi pasca tambang batu kapur di pabrik Tuban yang selama ini dilakukan adalah menutup seluruh permukaan dengan top soil, metode ini membutuhkan top soil yang banyak sehingga kurang efisien. Teknik sistem alur ini sangat cocok diterapkan, selain efisien juga karena keterbatasan cadangan top soil di area tambang batu kapur

        Baca Juga: Anak Usaha Semen Indonesia Mau Kasih Bonus ke Pemegang Saham

        "Jika menggunakan metode biasa, reklamasi dengan penanaman bibit pohon pada area 1 hektar membutuhkan top soil mencapai 3.000 m3, namun dengan teknik alur ini kebutuhan top soil hanya 800 m3

        saja. Sistem ini dapat menghemat top soil sebesar 70% dibanding metode konvensional tanpa mengurangi tingkat keberhasilan reklamasi,” terang Musiran dalam keterangan resminya, Jumat (10/7/2020).

        Penerapan sistem alur juga dapat menekan biaya hingga mencapai 63% dengan tingkat keberhasilan reklamasi sebesar lebih dari 85%. Teknik reklamasi sistem alur ini merupakan inovasi baru dari SIG dan pertama di Indonesia,” ungkapnya.

        Musiran mengungkapkan bahwa lahan pascatambang batu kapur yang telah direklamasi kini menjadi sarana edukasi, wisata dan hutan yang hijau. Sedangkan lahan pascatambang tanah liat dijadikan embung penampung air yang difungsikan oleh masyarakat untuk budidaya ikan dan pengairan lahan pertanian, sehingga masyarakat  dapat bercocok tanam meskipun pada musim kemarau nanti.

        Hingga saat ini SIG kata Musiran, telah mereklamasi lahan pascatambang seluas 271,50 hektar dengan tanaman Jati, Johar, Mahoni, Sengon, Flamboyan, Trembesi dan Kesambi. Jumlah pohon yang ditanam mencapai 419.091 batang.

        "Kami terus berkomitmen selalu menjaga kelestarian alam dalam menjalankan kegiatan operasional kami," tutup Musiran.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Ali Topan
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: