Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pesawat AS Diam-Diam Intai Laut China Selatan, China Murka

        Pesawat AS Diam-Diam Intai Laut China Selatan, China Murka Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Polemik Laut China Selatan (LCS) masih berlanjut hingga kini, membuat Menteri Pertahanan Tiongkok, Wei Fenghe dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mark Esper melakukan komunikasi via telepon pada Kamis (6/7/2020).

        Berdasarkan laporan dari laman SCMP, mereka mengungkap perselisihan antara Tiongkok dengan Taiwan atas Laut China Selatan yang baru-baru ini memanas.

        Baca Juga: Ngeri! China Pamer Senjata yang Bisa Buat Kapal Induk AS Hancur

        Dalam panggilan telepon tersebut Wei Fenghe menyatakan bahwa Beijing merasa frustasi karena sikap Washington. Namun mereka sepakat akan mempertahankan kontak untuk menghindari risiko bentrokan militer.

        Kedua menteri pertahanan tersebut terhitung kedua kalinya melakukan komunikasi pada tahun 2020, percakapan tersebut diprakarsai oleh Tiongkok karena merasa bahwa Amerika Serikat semakin provokatif terhadap wilayah Laut China Selatan.

        Komunikasi itu tercipta satu hari setelah operasi malam yang dilakukan oleh pesawat pengintai AS di perairan dekat Provinsi Guangdong.

        Menurut keterangan pihak Tiongkok, militer AS telah membuat langkah besar yang membuat militer di negaranya sempat khawatir.

        "Militer AS telah membuat langkah besar di Laut China Selatan baru-baru ini. Mereka bahkan mengirim pesawat terbang sangat dekat dengan Guangzhou pada malam hari," ujar sumber tersebut.

        Ia menambahkan bahwa tindakan AS dianggap cukup provokatif yang dapat menyulut peperangan.

        "Tindakan seperti itu dapat didefinisikan sebagai provokasi yang serius," tambahnya.

        Baca Juga: Media Partai Komunis Tanya: Siapa Menang Jika AS-China Perang?

        Dalam panggilan telepon yang dilakukan oleh kedua menteri pertahanan dan berlangsung selama 90 menit tersebut, Esper menyuarakan keprihatiannya tentang aktivitas militer Tiongkok di perairan Laut China Selatan khususnya sekitar Taiwan.

        Ia sempat meminta Tiongkok untuk mematuhi aturan internasional yang selama ini berlaku. Sebaliknya, Wei menyatakan bahwa posisi Tiongkok dalam masalah tersebut merupakan hasil dari tindakan Amerika Serikat terhadap negaranya.

        Wei mendesak agar AS lebih mengontrol risiko maritim dan memikirkan kembali setiap langkah agar tidak meningkatkan ketegangan.

        Percakapan itu terjadi karena hubungan kedua negara diketahui telah terpecah sejak polemik Laut China Selatan muncul.

        Amerika Serikat hingga kini masih menolak hak kedaulatan Tiongkok di Laut China Selatan pada bulan lalu, sehingga melakukan operasi kapal induk di perairan tersebut sebagai salah satu tanggapan.

        Prakarsa Penyelidikan Situasi Strategis Laut Cina Selatan menyatakan bahwa sebuah think tank yang berbasis di Beijing mengindikasikan adanya peningkatan tajam dalam jumlah pesawat pengintai militer AS di perairan tesebut.

        Baca Juga: China Jajal Yuan Digital, Bisa Kirim Uang dari HP Tanpa Internet

        Terkadang, kurang dari 100 Km dari Guangdong, think tank menemukan adanya pesawat pengintai AS yang beroperasi.

        Jumlah tersebut pun dilaporkan meningkat dalam dua bulan terakhir sehingga pihak Tiongkok merasa terancam.

        Bahkan, terdapat serangan mendadak yang dilakukan oleh pesawat pengintai E-8C milik AS di dekat Guangdong pada Rabu, 5 Agustus 2020.

        Menurut seorang ahli angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie mengatakan bahwa operasi malam oleh E-8C yang dekat dengan pantai Tiongkok 'sangat sensitif'.

        "Itu menandakan kemungkinan serangan diam-diam oleh militer AS terhadap Tiongkok, oleh karena itu Tiongkok harus meminta AS untuk mengklarifikasi," ujarnya.

        Baca Juga: Berani Usik Taiwan, China Bakal Kasih Pelajaran ke AS

        Ia menilai bahwa percakapan yang dilakukan oleh kedua negara kemungkinan tinggi dapat meredam bentrokan.

        "Pembicaraan dapat memungkinkan kedua belah pihak untuk meletakkan garis bawah masing-masing dan posisi yang dapat membantu mencegah bentrokan," tambahnya.

        Pentingnya memelihara komunikasi yang terbuka dan mengembangkan sistem untuk pengurangan risiko juga telah disepakati oleh kedua negara dalam panggilan tersebut.

        Dalam kesempatan itu, para menteri pertahanan membahas masalah yang terkait dengan Hong Kong dan Covid-19.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: