Catatan kerugian sebesar Rp11,4 triliun yang diderita PT Pertamina (Persero) di sepanjang semester I/2020 lalu mendapat sorotan dari banyak pihak. Namun bila mempertimbangkan kondisi sektoral di industri minyak dan gas (migas), catatan merah itu dianggap masih wajar, dan bahkan dinilai masih cenderung lebih bagus dibanding kondisi perusahaan migas lain di luar negeri. “Ini memang kondisinya luar biasa. Tidak hanya di dalam negeri, sejumlah perusahaan migas asing juga mengalami nasib serupa. Tidak hanya Pertamina yang terdampak, major global oil companies lain bahkan mengalami kerugian yang lebih besar lagi,” ujar Anggota Komisi VII DPR-RI, Maman Abdurrahman, dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (25/10).
Berdasarkan data dari Forbes Middle East, menurut Maman, sejumlah perusahaan minyak asing, kecuali Saudi Aramco, memang mengalami kerugian signfikan selama semester I/2020 ini. Misalnya saja Exxon Mobile yang mengalami penurunan senilai Rp19,134 triliun. Lalu British Petroleum (BP) yang juga minus Rp98,011 triliun. Sedangkan total dan Shell masing-masing juga mengalami kerugian Rp122,879 triliun dan Rp269,165 triliun. “Justru Pertamina menurut Saya perlu diapresiasi karena tetap beroperasi dan melayani konsumen dalam negeri di tengah krisis akibat pandemi COVID-19 ini,” tutur Maman.
Dengan tetap mampu beroperasi di tengah pandemi, Pertamina disebut Maman telah turut berperan dalam menggerakkan perekonomian nasional secara keseluruhan. Hal ini lantaran sejauh ini perusahaan migas BUMN tersebut juga telah berhasil menjalankan program-programnya, baik dari sektor hulu sampai dengan pendistribusian BBM dan LPG ke pelosok Tanah Air. “Dengan begitu roda ekonomi tetap bisa berjalan, dan (Pertamina) menyerap banyak tenaga kerja,” tegas Maman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Taufan Sukma