Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rusia-China Makin Harmonis, AS Makin Pesimis

        Rusia-China Makin Harmonis, AS Makin Pesimis Kredit Foto: AFP/Greg Baker
        Warta Ekonomi, Beijing -

        Koalisi China dan Rusia belakangan ini semakin menunjukkan keharmonisannya di mata dunia. Terlebih lagi pasca-China dan Rusia membela mati-matian Iran ketika melawan Amerika Serikat (AS) di forum Dewan Keamanan PBB untuk menolak usulan perpanjangan sanksi embargo senjata terhadap Iran. 

        Pada akhirnya koalisi China dan Rusia itu berhasil mempengaruhi negara-negara lainnya di forum DK PBB untuk menolak usulan AS tersebut. Sehingga sanksi embargo senjata terhadap Iran kemungkinan besar akan berakhir pada Oktober mendatang.

        Baca Juga: Gawat, China Diam-diam Uji Coba Vaksin ke Para Pekerja

        Kemesraan China dan Rusia kembali diperlihatkan oleh keduanya baru-baru ini. Dikutip dari CGTN, Kamis (27/8/2020), Presiden Tiongkok Xi Jinping telah mengirim surat ucapan selamat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atas pembukaan Tahun Inovasi Ilmiah dan Teknologi Tiongkok-Rusia.

        "China dan Rusia meluncurkan Tahun Inovasi Ilmiah dan Teknologi sesuai rencana, terlepas dari dampak pandemi COVID-19, yang mencerminkan tingkat tinggi dan kekhasan dari kemitraan strategis yang komprehensif dari koordinasi untuk era baru antara kedua negara," kata Xi Jinping dalam surat resminya kepada Putin.

        Sebagai negara besar yang bertanggung jawab dengan pengaruh signifikan di bidang sains dan teknologi, lanjut Jinping, China dan Rusia akan terus bekerja sama mempromosikan pertukaran dan kerja sama yang luas antara peneliti sebagai kontribusi pada pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. 

        Presiden Rusia, Vladimir Putin menjawab surat Xi Jinping, Putin mengatakan, Rusia siap bekerja sama dengan China untuk mengembangkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi.  Menurut Putin, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salat satu bidang yang memiliki prospek kerja sama yang paling menjanjikan antara Rusia dan China.

        "Kerja sama ini menentukan masa depan kedua negara dan menyangkut peningkatan mata pencaharian rakyat kedua negara," kata Putin.

        Lebih jauh Putin menyampaikan, kerja sama pertukaran hasil penelitian, pengembangan teknologi, serta pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini sudah berjalan bersama telah banyak memberikan hal yang terbaik untuk Rusia, termasuk dalam memerangi COVID-19 saat ini.

        Untuk diketahui, kerja sama inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan antara China dan Rusia itu memang tidak secara detail mengatakan tentang kerja sama di industri militer. Namun, kerja sama antara Rusia dan China itu dilakukan untuk mengalahkan dominasi Amerika Serikat (AS) di dunia global. 

        Dalam perjanjian kerja sama antara China dan Rusia itu telah tercatat bahwa dua negara anti-AS itu memiliki kesepakatan untuk melakukan pertukaran nasional di segala bidang, termasuk di bidang pertahanan dan keamanan atau militer.

        Meski Xi Jinping dan Putin tidak bertemu langsung dalam upacara pembukaan Tahun Inovasi Pengetahuan dan Teknologi di Moscow kemarin, Jinping telah mengutus Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan untuk bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova untuk menghadiri pembukaan program kerja sama Inovasi Pengetahuan dan Teknologi itu.

        Sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China dan Rusia meningkat di sejumlah wilayah. Kemarin, pasukan militer Rusia terlibat bentrok dengan tentara AS di timur laut Suriah. Empat orang tentara Amerika dikabarkan mengalami geger otak atas insiden tersebut. 

        Sementara itu, ketegangan antara China dan Amerika juga terjadi di perairan Laut China Selatan kemarin. Angkatan Udara AS telah mengirim pesawat pengintai U-2 ke wilayah udara terlarang tempat latihan militer China di dekat Laut China Selatan. China pun geram dengan ulah AS tersebut, China langsung meluncurkan dua rudal balistiknya ke Laut China Selatan sebagai peringatan keras untuk AS atas insiden itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: