- Home
- /
- EkBis
- /
- Transportasi
Angkasa Pura II Prediksi Jumlah Penumpang hingga Akhir 2020 Tak Sampai 70 Juta
PT Angkasa Pura II memproyeksikan jumlah penumpang baik dari rute domestik maupun internasional hingga akhir tahun ini tidak akan mencapai lebih dari 70 juta penumpang.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, menuturkan bahwa selama tiga tahun terakhir, pergerakan penumpang di bandara kelolaannya mencapai jumlah tertinggi pada 2018 dengan total 208 juta penumpang.
Baca Juga: Penerbangan di Bandara Angkasa Pura II Naik 17% di Agustus 2020
"Pergerakan pada 2020 menjadi berbeda karena pandemi. Forecast kami dari berbagai sumber tahun ini tidak menembus di atas 70 juta pergerakan terdiri 61 juta dan hampir 8 juta penumpang internasional," ujar Awaluddin, Minggu (27/9/2020).
Awaluddin menjelaskan, dengan adanya pandemi, terjadi perubahan konstelasi dalam komposisi struktur penumpang tahun ini. Khususnya, penumpang internasional yang tergerus signifikan.
Selama ini, paparnya, perbandingan pergerakan penumpang domestik dan internasional mencapai 80 persen berbanding dengan 20 persen. Namun tahun ini, dia memperkirakan jumlah penumpang internasional hanya akan mencapai sebesar 13%.
Berdasarkan data AP II, sebanyak 13 bandara internasional yang dikelolanya selama ini total melayani 215 total negara asal wisman dengan 2,75 juta Wisman. Selain itu, sebanyak 80 Rute Langsung Internasional. Namun, khusus untuk Bandara Soekarno Hatta melayani sebanyak total 207 negara asal dengan wisman sebanyak 2,42 juta orang serta 48 rute langsung internasional.
Saat ini sebagai operator pelat merah, AP II juga tengah mengatur ulang agar Bandara Soekarno-Hatta (CGK) maupun Bandara Kualanamu (KNO) harus melalui tahapan kritis untuk mewujudkan visinya sebagai hub.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Umiyatun Hayati Triastuti mengatakan berbagai kajian secara rutin telah dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri dari akademisi lintas disiplin mengenai optimalisasi kinerja dan strategi pemulihan bisnis sektor transportasi udara. Awaluddin mengatakan, dengan pemberlakuan protokol kesehatan dan tindakan preventif lockdown telah mengakibatkan penerbangan internasional mengalami penurunan secara drastis.
Pada April hingga Mei 2020 misalnya, terdapat penurunan demand sebesar 80,23% dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 13,21%. Walau sempat terjadi rebound beberapa waktu lalu, akan tetapi masih berada di atas angka 60%.
Saat ini transportasi udara berperan sebagai industri vital baik sebagai sumber maupun sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Adanya penurunan permintaan sektor transportasi udara mengakibatkan menurunnya Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 0,18%, konsumsi rumah tangga sebesar 0,55%, dan pendapatan tenaga kerja sebesar 0,54%.
Selain itu, terdapat beberapa sektor lain yang juga terdampak akibat menurunnya output sektor transportasi udara, di antaranya sektor perhotelan (13,58%), manufaktur (-12,36%), dan sektor perdagangan/jasa (-6,44%).
Dalam kajiannya, Kemenhub telah menemukan adanya pola perubahan perilaku pengguna jasa transportasi udara. Hal ini karena keinginan masyarakat untuk menjaga keselamatan diri dari ancaman Covid-19.
Oleh karena itu, perlu ada upaya mengembalikan perilaku pengguna jasa transportasi udara dengan mengubah persepsi dan opini publik dengan cara melakukan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, edukasi teknologi pendukung kesehatan seperti HEPA, dan pemasangan fasilitas sanitasi secara ekstensif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum