Bukan Asia, Rupanya Pengonsumsi Kopi Terbanyak Adalah Orang Nordik
Setiap 1 Oktober warga dunia memperingati Hari kopi internasional. Hari Kopi Internasional pertama kali diperingati pada 1 Oktober 2015 oleh Organisasi Kopi Internasional di Milan.
Banyak hal yang dilakukan untuk memperingatinya. Belum lama ini Kedutaan Besar Republik Indonesia/KBRI Swedia menggelar webinar yang membahas potensi kopi Indonesia di pasar negara-negara Nordik.
Baca Juga: Permintaan Naik, Indonesia Perluas Pasar Kopi Gayo ke Italia
Sebelumnya, pada 17-25 September Kementerian Perdagangan menggelar International Gayo Arabica Coffee Celebration Week bekerja sama dengan Arise Plus Indonesia. Pada kesempatan ini dibahas peluang pasar Kopi Gayo Arabica yang telah mempunyai Indikasi Geografis (IG).
Menurut Dubes RI untuk Swedia (designate), Kamapradipta Isnomo, Swedia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat konsumsi kopi tertinggi di dunia. Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO) 2017, negara Nordik termasuk peminum kopi terbanyak di dunia. Swedia menempati peringkat ke-6 tertinggi dengan tingkat konsumsi rata-rata sebesar 8,2 kg per kapita.
Kelima negara tertinggi adalah Finlandia (12 kg). Ada Norwegia (9,9 kg), Islandia (9 kg), Denmark (8,7 kg), dan Belanda (8,4 kg). Indonesia sebagai salah satu penghasil dan pengekspor kopi terbesar di dunia, berpeluang untuk menggarap pasar negara-negara Nordik, khususnya Swedia.
"Malah banyak orang di luar negeri yang bisa menikmati kopi Indonesia, bahkan mampu mengubah budaya minum teh di RRC," Dubes RI untuk Finlandia (designate), Ratu Silvy Gayatri menimpali.
Meski sangat digemari,tidak ada yang tahu persis mengenai sejarah kopi. Konon, pertama kali kopi hanya ada di Ethiopia. Orang Ethiopia menanamnya di dataran tinggi. Lalu, ketika bangsa Arab mulai memperluas aktivitas perdagangannya, biji kopi pun menyebar sampai ke Afrika Utara dan ditanam secara massal di sana.
Dilansir AllAfrica.com, dari Afrika Utara biji kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran Eropa. Kopi kemudian dikenal dengan minuman nikmat pengusir rasa kantuk. Kisahnya dimulai dari seorang penggembala kambing bernama Kaldi yang pertama kali menemukan potensi biji kopi ini.
Kaldi, dikisahkan menemukan kopi setelah dia menyadari bahwa setelah memakan buah dari pohon tertentu, kambingnya menjadi sangat enerjik sehingga kambing-kambing tersebut tidak bisa tidur di malam hari.
Kaldi pun, melaporkan temuannya kepada kepala biara setempat. Kepala biara meracik minuman itu. Akibatnya dia terjaga sepanjang malam. Kepala biara, kemudian berbagi minuman ini dengan para biarawan lain di wiharanya.
Zaman sekarang, kopi tidak hanya jadi pengusir kantuk. Tapi sudah menjadi gaya hidup. Buktinya, ada status kopi termahal di dunia. Dan masih ada saja penikmatnya.
Dilansir Business Insider, Kopi Luwak ada di peringkat pertama. Paling banyak ditemukan di Indonesia tepatnya Pulau Bali. Dijual dengan harga 600 dolar AS atau sekitar Rp 8,9 juta per pon atau sekitar 0,4 pon atau 500 gram.
Di posisi kedua ada Black Ivory Coffee atau Kopi Hitam Gading. Kopinya terbuat dari kotoran gajah. Gajah diberi makan ceri kopi arabika sehingga asam lambung mereka memecahnya untuk menambah rasa. Disajikan di restoran berbintang Michelin dan hotel terbaik di seluruh dunia. Satu kg Kopi Gading Hitam dapat mencapai 2.000 dolar AS atau Rp 29 juta.
3. Kopi Spesial Esmeralda Dibudidayakan dari Gunung Baru di Panama. Kopi ini sangat langka di mana, pelelangan diadakan di Hacienda La Esmeralda setiap tahunnya.
4. Kopi St Helena Dari tempat peristirahatan Napoleon muncul kopi ini, yang diyakini berasal sejak tahun 1731. St Helena adalah pulau tropis vulkanik terpencil di Selatan Samudra Atlantik. Pada tahun 2016, starbucks mulai menjual Kopi St Helena dan menjadi salah satu kopi termahal di menu mereka.
5. Kopi Finca El Injerto adalah pemenang penghargaan kopi dari Guatemala. Kopi dibuat dari biji kecil yang langka. Sudah ada sejak tahun 1900 dan pertanian ini dikelola oleh generasi keempat keluarga Aguirre.
Meskipun hanya kopi luwak yang dianggap terbaik, tetapi petualangan lidah lewat kopi sangat bisa dirasakan di Indonesia.
"Indonesia lebih kaya. Banyak daerah yang memproduksi dengan ciri khasnya masing-masing," kata A. Syafrudin, Ketua Coffee Speciality Association of Indonesia (SCAI) dalam pertemuan virtual yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri RI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto