Miko Peled, seorang aktivis HAM asal Israel mengatakan, perjanjian antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menormalisasi hubungan mereka adalah bagian dari strategi Israel untuk mengumpulkan dukungan sebanyak mungkin di dunia Arab. Ini dilakukan untuk melegitimasi kejahatan mereka di Palestina.
"Strategi Israel selalu mencoba untuk menopang sebanyak mungkin dukungan di dunia Arab, dengan satu atau lain cara, untuk melegitimasi kejahatannya di Palestina," ucap Peled, yang juga penulis buku “Injustice: The Story of the Holy Land Foundation Five".
Baca Juga: Arab Saudi Akui Selalu Bayangkan Normalisasi dengan Israel karena...
"Jadi, mereka dapat melakukannya melalui sarana ekonomi, melalui penjualan senjata dan sistem keamanan dan tentu saja kesepakatan damai dengan Mesir, negara Arab terbesar, dan kemudian dengan Yordania," sambungnya.
Dia mengatakan, secara bertahap yang ingin Israel lakukan adalah mengembangkan hubungan, baik dengan negara-negara Arab, sehingga mereka dapat menunjukan bahwa orang-orang Palestina tidak menginginkan perdamaian.
“Kenyataannya adalah, orang-orang Palestina dibunuh, mereka diusir dari rumah mereka, mereka hidup dalam rezim apartheid, rasisme, kebrutalan, kekerasan yang mereka derita di tangan Israel dan begitu juga Israel sedang berkeliling mencoba menggalang dukungan di sebanyak mungkin negara Arab sebagai strategi untuk mempertahankan diri," ucapnya.
Baca Juga: Banyak Warga Israel Ingin Buka Hubungan dengan Arab Saudi karena...
"Negara-negara Arab ini perlahan-lahan jatuh ke dalam jebakan ini, beberapa karena mereka menginginkan akses ke Amerika, beberapa karena mereka cukup senang berbisnis dengan Israel, sehingga mereka tidak terlalu peduli dengan kejahatan Israel terhadap Palestina," sambungnya.
Peled mengatakan ini adalah kenyataan di negara-negara ini, di mana rezim merasa menguntungkan bagi mereka untuk berbisnis dengan Israel, untuk menormalisasi Israel.
"Dan sebagian besar, ini karena ini adalah batu loncatan ke Amerika Serikat. Ini memberi mereka akses ke Amerika, akses yang lebih baik untuk membeli senjata dan mendapatkan senjata dari Amerika," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: