Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bagaimana Vaksin Ditemukan? Begini Penjelasan dari Ahli Virologi

        Bagaimana Vaksin Ditemukan? Begini Penjelasan dari Ahli Virologi Kredit Foto: Antara/REUTERS/Tatyana Makeyeva
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kecanggihan teknologi mampu membuat perubahan akan banyak hal, salah satunya adalah penemuan bibit vaksin yang bisa lebih cepat dibanding dengan zaman dahulu.

        Ahli Virologi Universitas Udayana Bali, Prof Ngurah Mahardika mengatakan, zaman dulu, harus ditemukan agen murni sebuah vaksin, setelah itu diperbanyak, baru dipersiapkan. Berbeda dengan sekarang, adanya teknologi memungkinkan hal tersebut dilakukan lebih cepat.

        "Zaman dulu perlu waktu menemukan bibit. Zaman now bibit bisa ditemukan 1-2 bulan saja. Jadi itu tahap pertama," kata Ngurah secara virtual dalam Dialog Produktif Tata Cara Menemukan Vaksin di Jakarta, Senin, (2/11/2020).

        Baca Juga: Karena Alasan Ini, China Mau Indonesia Jadi Pusat Produksi Vaksin Corona

        Vaksin sudah digunakan sejak lama untuk mencegah suatu penyakit. Ngurah mencontohkan, vaksin rabies yang diberikan kepada hewan dan manusia. Berikutnya ada juga vaksin influenza, salah satu yang terkenal adalah flu burung H5N1.

        "Kalau flu burung yang divaksin hewannya. Kalau influenza lain, ada pada manusia ada pada unggas. Ini dua contoh klasik, bagaimana vaksin mengatasi wabah, baik pada manusia dan hewan," katanya.

        Ngurah mengatakan, ada beberapa tahapan vaksin, bergantung dari ragam vaksin itu sendiri. Pertama berbasis virus murni, dimatikan virusnya sehingga tak berbahaya. Kedua, berbasis gen bisa melalui DNA.

        "Ada juga vector adenovirus, jadi yang disuntik dalam tubuh kita tak berbentuk virus tapi vaksin, pemberian bisa lebih mudah, bisa lewat oral. Yang lain adalah subunit, berbasis protein," kata Ngurah.

        Masing-masing dari ragam vaksin tersebut, menurutnya, memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk vaksin inactive, seperti Sinovac. Hal ini adalah salah satu jenis vaksin yang paling lazim dipakai manusia dengan regulasi yang lebih ringkas.

        Yang pasti dia menekankan, persyaratan vaksin adalah berdaya guna karena membuat orang yang diberi vaksin menjadi kebal terhadap suatu penyakit. Kedua, haruslah aman. Keamanan ini harus melalui banyak masa uji yang melibatkan banyak aspek.

        "Nah di samping aspek tadi, keamanan tadi, kemurnian dari vaksin. Kemudian tidak ada cemaran bakteri, jamur atau yang lain. Konten, isinya cukup dan baku standar untuk vaksin yang diharapkan," tutur Ngurah.

        "Untuk menjamin keamanan akan selalu dilakukan audit. Baik produksi sendiri maupun luar negeri, BPOM misalnya mengatur sebelum diproduksi setelah produksi, diedarkan, apakah ada keluhan, semua ini dijamin vaksin aman. Untuk Indonesia ditambah kehalalan," tambahnya.

        Baca Juga: Anies Sesumbar: DKI Jakarta Siap Hadapi Lonjakan Kasus Klaster Libur Panjang

        Sederet hal yang berkaitan dengan vaksin ini, menurutnya, membuat semua yang terlibat adalah orang-orang yang terlibat dan sebagai aktor dari penemu vaksin tersebut. Bahkan semua stakeholder mulai dari kepala laboratorium, pemerintah, pemberi izin, sumber dana, BPOM, dokter hingga relawan.

        "Secanggih apa pun, kalau tak ada relawan, vaksin tak akan pernah diuji, tak tahu lulus atau tidak. Tak ada pahlawan, semua pahlawan. Relawan pun adalah pahlawan penting dalam pengembangan vaksin," ujarnya.

        "Mari bersama menjadi pahlawan, menyediakan diri divaksinasi yang sudah dijamin pemerintah, dunia dan sistem, bahwa sangat aman," pungkasnya.

        Sebelumnya, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjend Doni Monardo meminta masyarakat menjalankan protokol kesehatan secara ketat sambil menunggu vaksin Covid-19 tersedia. Ini akan menghindarkan masyarakat terinfeksi virus corona Covid-19.

        "Vaksin yang terbaik sekarang adalah vaksin patuh kepada protokol kesehatan. #pakaimasker, #jagajarak dari kerumunan dan #cucitangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan cairan disinfektan," pungkas Doni Monardo.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: