Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hidup Minimalis Jadi Kunci Kaya Raya bagi Raditya Dika, Begini Tipsnya!

        Hidup Minimalis Jadi Kunci Kaya Raya bagi Raditya Dika, Begini Tipsnya! Kredit Foto: (Foto: Youtube)
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        YouTuber Raditya Dika bersama Ligwina Hananto, seorang financial trainer membagikan tips menjadi kaya raya. Dalam video bertajuk 'Gimana Caranya Kaya?' harus dipahami terlebih dahulu untuk memiliki tujuan keuangan dan investasinya seperti apa.

        Kalau belum bisa menyewa jasa financial plan, sebaiknya pelajari dulu sedikit-sedikit jangan sampai ketidaktahuan malah menghambat perkembangan aset. Pasalnya, finance itu membahas angka dan angka tidak berbohong. Sebaiknya, sadari kemampuan berdasarkan angka yang didapatkan. Jangan malah memaksakan diri untuk membeli hal yang sebenarnya kita tidak mampu.

        "Orang Indonesia tuh kebanyakan begitu ya. Untuk dikasih tau 'Elu tuh gak mampu buat apa yang lu mau'. Mereka akan langsung defensif," ujar Raditya Dika.

        Baca Juga: Raditya Dika Bagikan Tips Selamatkan Keuangan Pribadi di Tengah Pandemi Covid-19

        Radit menambahkan itulah alasan dari banyak orang Indonesia yang terperangkap kartu kredit dan pinjaman online yang justru lebih 'horor' lagi. Dan kebanyakan orang Indonesia meminjam dari pinjaman online atau kartu kredit malah bukan untuk kepentingan esensial.

        Kebanyakan orang Indonesia saat berutang tidak memiliki tanggungjawab untuk memberikan utang secara tertulis. Banyak dari mereka berpikir, "Yaudah nolongin temen, kalo dibayar syukur, enggak juga gapapa."

        Padahal, Ligwina mengingatkan bahwa memberi utang dan sedekah adalah dua hal yang berbeda. Berutang harus dipertanggungjawabkan hingga liang kubur, bahkan sampai harus diurus ke ahli waris. Tetap sedekah tidak mengharapkan apapun. Karena itulah Ligwina melihat ada isu tanggung jawab di masyarakat Indonesia perihal utang.

        Bahkan, beberapa orang memilih berutang untuk gaya hidup, bukan untuk kebutuhan hidup yang esensial. Lebih parahnya lagi adalah kebanyakan rakyat Indonesia tidak memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan utang tersebut. Ligwina mengingatkan apabila ada yang ingin berutang pastikan untuk dicatat di atas kertas tertulis dengan rapi.

        Terlebih, meminjam uang itu harus jelas kegunaannya untuk apa. Menurut financial planning, gadget adalah hal yang tak boleh dicicil. Kecuali memang seorang desainer yang membutuhkan laptop canggih dan itu bisa menjadi aset yang bisa bertumbuh dan menghasilkan uang, maka boleh untuk dicicil. Selain itu, harus melihat periode pakai barang tersebut berapa lama. Jangan sampai periode pakai suatu barang dan periode mencicilnya malah lebih lama.

        Lantas, bagaimana dengan pernikahan yang untuk selamanya, apakah boleh berutang?

        Ligwina menceritakan ada orang yang berutang untuk menikah dan harus mencicil sampai 3 tahun setelahnya. Bahkan ketika anaknya akan lahir, mereka tak memiliki uang karena harus membayar utang. Jadi, kalau memang ingin mengutang untuk menikah, jangan menangis atas konsekuensi yang akan dihadapi.

        Apabila sudah terjebak utang itu, maka harus menghentikan semua pengeluaran gaya hidupnya. Untuk diketahui, pos pengeluaran ada 5 yaitu cicilan utang, pengeluaran rutin, investasi dan menabung untuk masa depan, sosial untuk menolong orang dan terakhir lifestyle atau gaya hidup.

        Orang yang sudah terlilit dengan utang hanya diperbolehkan melakukan 2 pengeluaran yaitu cicilan utang dan pengeluaran rutin. Dengan demikian, bisa mengalokasikan dana untuk mencicil utang hingga utang selesai. Selain itu, bisa mengecek aset, deposito dan asuransi yang dimiliki apakah bisa dicairkan untuk menutupi sebagian utang tersebut.

        Budget menikah adalah budget yang paling menyusahkan bagi para financial planner karena tidak ada budgetnya. Akhirnya berujung pada rasa tanggung jawab manusia itu sendiri. Hal ini sudah menjadi budaya bagi Indonesia karena nilai gotong royong di Indonesia itu tinggi, sementara tanggung jawab itu rendah. Tetapi untuk menikah, siapa yang akan 'iuran' membantu pernikahan? Faktanya, tidak ada.

        "Kita memang bebas pada uang kita, tapi kita tidak bebas pada konsekuensinya," ujar Ligwina.

        Radit pun menambahkan, "Berarti prinsip terburuk dalam keuangan adalah memikirkan 'ya gimana besok'. Justru itu sangat buruk."

        Meski bekerja paruh waktu sekalipun, disiplin terhadap apapun itu penting, baik waktu atau keuangan. Karena ketika keuangan kacau, tak ada yang bisa dikerjakan.

        Orang-orang awam berpikir bahwa sukses itu apa yang terlihat dari segi materi, padahal dana pensiun pun mereka belum tentu memiliki. Jangan sampai kalau hari ini berhenti bekerja, tidak memiliki dana back-up sama sekali.

        Dengan mengurangi hal-hal materialistik, maka akan membuat hidup lebih bebas atau bahasanya saat ini adalah hidup minimalis.

        Raditya Dika termasuk orang yang hidup minimalis dan bisa kebal dari pengaruh lingkungan sosialnya yang glamor. Sebagai penulis buku bahkan sudah memproduksi film, Radit lebih memilih untuk menambahkan aset daripada gaya hidupnya.

        Menurut Radit, sejak awal bertemu dengan Ligwina Hananto, ia langsung tertarik untuk mempersiapkan dana pensiun. Bahkan, pada bulan Agustus-September 2019, semua target pensiun Raditya Dika sudah tercapai. Meski demikian, Radit tetap tak ingin spending

        Radit menceritakan pengalamannya saat ia ingin menjual suatu barang yang ia sayangi tetapi sudah tidak lagi ia gunakan. Ia pun akhirnya mencari tahu bagaimana cara memisahkan emosi terhadap suatu barang, yaitu cukup dengan difoto. Kemudian, barang tersebut dijual. Apabila rindu dengan barang tersebut, cukup dilihat fotonya karena untuk dimiliki pun sudah tidak ada fungsinya.

        Sementara itu, hiburan bagi Raditya Dika adalah bermain game. Ia biasa bermain game online melalui komputer yang ia rakit sendiri seharga Rp30 juta dan sudah ia gunakan selama 6 tahun. Ligwina melihat cara Radit membelanjakan uangnya dipengaruhi dengan karakternya.

        Namun, Raditya Dika bercerita bagaimana istrinya saat masih pacaran sangat boros, tetapi ketika diajak diskusi soal keuangan, istrinya pun bisa menabung untuk membeli rumahnya sendiri. Jadi, Radit melihat bahwa semua orang itu bisa mengatur keuangan asal mindset-nya sudah diperbaiki.

        Lebih lanjut, Ligwina menambahkan, seseorang dengan gaji di bawah 10 juta berada di level waspada karena pengeluaran tidak terlalu banyak. Lalu, range gaji 10-50 juta berada di level sedang boros-borosnya karena merasa punya, padahal uang itu bisa habis sekejap. Terakhir, seseorang dengan gaji di atas 50 juta, harus berhati-hati karena bisa lebih boros lagi. Kecuali sudah berkeluarga, maka akan merasa aman.

        "Isu bahwa generasi ini tidak bisa pensiun akan menjadi isu yang sangat mengerikan dalam waktu 20-30 tahun kedepan,"

        Pasalnya, saat nanti tahun 2045 Indonesia diharapkan menjadi negara maju, PDB Indonesia akan jauh dari Jepang dan Korea Selatan saat menjadi negara maju hari ini. Adapun PDB Indonesia saat menjadi negara maju nantinya hanya menyentuh angka USD12 ribu, sementara Jepang dan Korea mencapai USD40 ribu.

        Karena itu, PR terbesar rakyat Indonesia saat ini adalah bagaimana rakyatnya bekerja lebih lama agar pendapatan bisa lebih besar dan mengurangi gap antara si kaya dan si miskin. Itu berarti, menjadi kaya raya harus bisa menambah aset dan mengurangi gaya hidup.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: