Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Siapa Sangka, Toko Konvensional Masih Diminati di Era Digital dan Pandemi

        Siapa Sangka, Toko Konvensional Masih Diminati di Era Digital dan Pandemi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandangan yang menyatakan era industri ritel sudah berlalutampaknya sudah menjadi anggapan umum banyak orang. Bahkan, topik pencarian frase“akhir dari belanja offline” di Google News pun memberikan puluhan juta referensi berita.

        Padahal, kondisi yang sebenarnya jauh lebih kompleks dari apa yang kita lihat. Hal ini terlihat dari survei perilaku belanja pelanggan yang dilakukan Home Credit Indonesia dalam dua pekan terakhir Agustus 2020 terhadap lebih dari 2.500 responden di Indonesia.

        Survei ini dilakukan untuk mendapatkan sejumlah pemahaman seperti produk apa saja yang banyak dibeli pelanggan di berbagai outlet; seberapa sering pelanggan berbelanja; hingga jenis pembayaran yang mereka gunakan.

        Hasilnya, di era yang sudah serba digital ini, para pelanggan masih menyukai aktivitas belanja secara konvensional atau berkunjung ke toko favorit mereka. Alih-alih sepenuhnya berbelanja online, mereka yang mengikuti survei lebih menyukai untuk bisa mendapatkan yang terbaik dari kedua pola berbelanja tersebut (konvensional dan online).

        Baca Juga: Merek Harus Menawarkan Pengalaman Berbelanja Online dan Offline

        “Survei ini tidak hanya memberikan informasi mengenai volume transaksi yang dilakukan di toko tradisional dan transaksi yang dilakukan secara online. Lebih jauh lagi, survei ini memberikan informasi tentang alasan mengapa pelanggan memilih cara belanja, baik secara konvensional maupun online serta bagaimana mereka mengambil keputusan dalam cara mereka berbelanja,” kata President Director Home Credit Indonesia, Animesh Narang di Jakarta, Rabu (6/1/2021).

        Survei Home Credit berhasil mengungkap data dan wawasan mengenai preferensi customer dalam berbelanja baik ke gerai ritel modern, pasar tradisional, serta beragam toko online. Survei yang sama juga menunjukkan bahwa metode pembayaran cash-on-delivery (COD) masih banyak digunakan di toko online, disusul oleh kartu debit, atau transfer antar bank.

        Di sisi lain, hasil yang cukup berbeda juga terlihat dari penggunaan layanan keuangan seperti pembayaran tagihan atau cicilan, yang ternyata masih banyak dilakukan di minimarket modern serta digunakan secara berkala oleh sepertiga pelanggan yang disurvei.

        Contoh lain mengenai kebiasaan berbelanja adalah mengenai toko konvensional di Indonesia yang sebagian besar merupakan bisnis keluarga dan etalase toko kecil yang biasanya mendominasi penjualan produk segar dan makanan pokok.

        Dari hasil survei terlihat bahwa 88% orang Indonesia masih memilih untuk berbelanja produk makanan sehari-hari di pasar/toko tradisional.

        Meskipun demikian, hampir semua pembeli Indonesia (93%) juga berbelanja di toko-toko ritel modern, seperti minimarket dan jaringan supermarket, untuk berbelanja kebutuhan pribadi, pakaian, pembersih rumah atau produk elektronik.

        Hal Ini harus dimanfaatkan secara cerdas oleh para pemilik kios pasar tradisional, untuk bergerak lebih cepat dalam memanfaatkan pembayaran digital dan tetap memandang pentingnya pilihan tipe pembayaran bagi pengecer tradisional pada umumnya.

        Hal ini bisa juga menjadi indikasi bahwa pemilik gerai belanja modern seperti supermarket mungkin tidak perlu fokus menawarkan produk makanan untuk menarik pelanggan baru dan tetap. Sebaliknya, mereka harus fokus ikut berpartisipasi dalam persaingan online.

        Baca Juga: Belanja Online Meningkat, Milenial Didorong Tingkatkan Jiwa Kewirausahaan

        Survei Home Credit menunjukkan bahwa 79% orang Indonesia pernah berbelanja secara online dalam 3 bulan belakangan sebelum mengikuti survei. Hal ini menunjukan bahwa layanan e-commerce semakin penting akibat pembatasan PSBB selama pandemi dan diprediksi terus berkembang ke depannya. Belanja online banyak dipilih oleh pelanggan untuk produk fashion, perhiasan, furniture/dekorasi rumah, dan gadget elektronik.

        Adapun, pembelian produk elektronik pribadi seperti ponsel baik di toko fisik dan toko online memiliki proporsi yang sama. Hal ini memberikan keuntungan pada penawaran Home Credit karena dapat membantu konsumen melakukan pembelian dengan cepat dan nyaman melalui berbagai jalur distribusi.

        Proses digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen dalam berbelanja dengan adanya pilihan yang lebih beragam, yang mempengaruhi pengambilan keputusan, tuntutan harga untuk semakin kompetitif, serta mendorong persaingan dengan pasar tradisional.

        “implikasinya bagi bisnis adalah untuk mendiversifikasi pilihan metode pembayaran dan pembiayaan mereka, baik dalam platform belanja online maupun offline," kata Animesh.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: