Komposisi kepengurusan Partai Gerakan Indonesia Indonesia (Gerindra) semakin kuat setelah masuknya Irfan Yusuf Hasyim. Gus Irfan–sapaan akrabnya, adalah cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari.
Pengumuman Gus Irfan yang didapuk sebagai Wakil Ketua Umum itu bertepatan dengan perayaan hari ulang tahun Partai Gerindra ke-13 secara virtual kepada seluruh pengurus dari Hambalang, Bogor, Sabtu (6/2) lalu.
Gus Irfan bukan kader Partai Gerindra atau pun partai politik (parpol) lainnya. Namun, putra dari KH Yusuf Hasyim atau sepupu dari Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu adalah mantan tim sukses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.
Baca Juga: Fadli Zon Bantah Tersingkir dari Wakil Ketua Umum Gerindra
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Vasco Ruseimy mengatakan, masuknya Gus Irfan, menambah soliditas dan memperkuat barisan Partai Gerindra menuju Pemilu 2024.
Dia mengakui, Gerindra memang dekat dengan NU. Ini membuktikan, ujar Vasco, Gerindra memang partai yang serius menjaga persatuan di segala aspek dan kelompok masyarakat. “Apapun agamanya, alirannya, Gerindra siap menjadi wadah perjuangan rakyat Indonesia,” paparnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Hal senada juga disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Kawendra Lukistian. Dia bilang, masuknya Gus Irfan, bisa mendorong semangat para kader untuk berkontribusi maksimal
pada bangsa ini. “Tentu akan semakin memberi kekuatan Gerindra dalam berjuang untuk seluruh elemen masyarakat,” ujarnya.
Sementara Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani menjelaskan, selain menunjuk Gus Irfan masuk ke jajaran pengurus pusat, Prabowo juga mengukuhkan Sufmi Dasco Ahmad sebagai Ketua Harian Partai Gerindra.
Hal itu seiring dengan penunjukan Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, dan Ahmad Muzani sebagai Sekjen Partai Gerindra.
Bersamaan dengan itu, dikukuhkan juga kepengurusan Gerindra hasil Kongres Luar Biasa pada 8 Agustus 2020. Dalam kongres itu, Prabowo Subianto kembali ditetapkan sebagai Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, dengan kewenangan tunggal, menyusun kepengurusan Dewan Pembina, Dewan Penasihat, Dewan Pakar, dan Dewan Pimpinan Pusat.
Pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung, Prof Asep Warlan Yusuf menyebut, masuknya Gus Irfan dalam kepengurusan pusat Partai Gerindra ini menambah peran Nahdliyin dalam partai politik. “NU itu organisasi Islam terbesar di Indonesia, wajar menjadi rebutan,” ujarnya.
Menurut Asep, partai politik harus pintar-pintar mengambil simpati NU. Utamanya, partai dengan ceruk suara Islam seperti Partai Persatuan Pembangun (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Nah, peristiwa ini bisa saja diikuti partai lain seperti Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“Bisa jadi karena NU ini nggak enakan mau ke partai mana, menjaga jarak. Akhirnya ya sudah ke Gerindra. Bisa saja ke partai lain. PKS misalnya,” pungkasnya.
Sementara Gus Irfan menyampaikan bakal menerapkan nilai-nilai politik kebangsaaan yang diajarkan dan dipraktikkan para pendiri NU terdahulu. Di antaranya menggelorakan sikap toleransi.
“Para pendahulu NU itu dulu kalau berpolitik, beda. Itu tidak harus bermusuhan di luar politik. Politik beda, tapi di luar politik tetap saja bersaudara,” ujarnya.
Gus Irfan mengaku bersedia menjadi pengurus salah satunya adalah karena sosok Prabowo Subianto yang sudah dikenalnya sejak masih aktif di militer. Pun, di Pilpres 2019, dia masuk di gerbong
tim pemenangan Prabowo-Sandi. “Kita tahu lah track record-nya beliau (Prabowo). Jadi, begitu beliau minta menjadi pengurus, ya nyambung lah,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti