Dahnil Tegaskan Raperpres Alpalhankam Belum Final, Ada Nuansa Kecemburuan Politik dengan Prabowo
Dokumen Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) Tentang Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) yang beredar di publik menjadi sorotan sejumlah kalangan karena berisi pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsita) bernilai fantastis, Rp1.769 triliun.
Untuk mencegah simpang siur informasi, Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Juru Bicara Menteri Pertahanan (Menhan) Dahnil Anzar Simanjuntak memberikan sejumlah penjelasan. Berikut ini pemaparannya yang disampaikan melalui keterangan tertulisnya kepada redaksi rm.id.
Baca Juga: Rencana Belanja Alutsista Kemhan RI Terkuak, Anak Buah Pak Prabowo Langsung Angkat Bicara: Bocor...
Pertama, Raperpres adalah dokumen perencanaan dalam proses pembahasan dan pengujian mendalam, bukan dan belum menjadi keputusan final. Dokumen perencanaan pertahanan tersebut adalah bagian dari rahasia negara dan dokumen internal dalam pembahasan yang masih berlangsung sehingga kami sesali ada pihak-pihak yang membocorkan dan menjadikan dokumen tersebut menjadi alat politik untuk mengembangkan kebencian politik dan gosip politik yang penuh dengan nuansa Political Jealousy (kecemburuan politik).
Dan, tentu Kemhan akan bersikap tegas untuk mengusut siapa yang bertanggungjawab menyebarkan dokumen tersebut sehingga menjadi simpang siur di publik.
Kedua, Sesuai dengan direktif Presiden RI, Joko Widodo kepada Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, beliau ingin ada kejelasan: lima sampai dengan 25 tahun ke depan kita bisa memiliki Alpalhankam apa saja? Berangkat dari direktif tersebut, dengan juga melihat kondisi Alpalhankam kita yang faktualnya memang sudah tua. Bahkan, 60 persen Alpalhankam kita sudah sangat tua dan usang serta memprihatinkan. Dengan demikian, modernisasi Alpalhankam adalah keniscayaan, karena pertahanan yang kuat terkait dengan kedaulatan negara dan keutuhan wilayahan NKRI serta keselamatan bangsa harus terus terjaga dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, Kemhan mengajukan sebuah formula modernisasi Alpalhankam melalui reorganisasi belanja dan pembiayaan Alpalhankam.
Reorganisi belanja dan pembiayaan Alpalhankam ini rencananya akan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan melalui mekanisme belanja Alpalhankam lima renstra dibelanjakan pada satu renstra pertama, yaitu 2020-2024. Sehingga postur pertahanan ideal Indonesia bisa tercapai pada tahun 2025 atau 2026, dan postur ideal tersebut bertahan sampai 2044.
Dengan formula ini, pada tahun 2044 akan dimulai pembelanjaan baru untuk 25 tahun ke depan. Apabila dianologikan, formula belanja ini ibarat membangun rumah. Kita membiayai pembangunan rumah dalam waktu tertentu kemudian jadi satu rumah yang ideal, bukan membangun secara mencicil pembangunannya, mulai dari jendelanya dulu, nanti ada duit lagi baru bangun pintunya dst.
Ketiga, pembiayaan yang dibutuhkan masih dalam pembahasan dan bersumber dari pinjaman luar negeri. Nilainya dipastikan tidak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam arti, tidak akan mengurangi alokasi belanja lainnya dalam APBN yang menjadi prioritas pembangunan nasional. Mengapa? Karena pinjaman yang kemungkinan akan diberikan oleh beberapa negara ini diberikan dalam tenor yang panjang dan bunga sangat kecil.
Serta, proses pembayarannya menggunakan alokasi anggaran Kemhan yang setiap tahun yang memang sudah dialokasikan di APBN, dengan asumsi alokasi anggaran Kemhan di APBN konsisten sekitar 0,8 persen dari PDB selama 25 tahun ke depan.
Keempat, semua formula diatas yang masih dalam proses pembahasan bersama para pihak yang terkait. Bukan konsep yang sudah jadi dan siap diimplementasikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq