Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Atasi Masalah Sampah dengan Konsep Ethical Living

        Atasi Masalah Sampah dengan Konsep Ethical Living Kredit Foto: Ferry Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Jika ekonomi Indonesia tumbu pesat akan memungkinkan masyarakatnya untuk menjalani kehidupan yang nyaman dan sejahtera. Namun demikian di sisi lain pertumbuhan ekonomi tersebut, ada berbagai issue yang terjadi di lingkungan tempat kita tinggal maupun dalam skala global. 

        Sebagai salah satu contoh, jumlah sampah di Indonesia sekitar 67 juta ton, dimana sekitar 7,2 juta ton adalah sampah plastik, dan jumlah sampah yang dibawa ke TPA semakin meningkat dari tahun ke tahun, yang diprediksi bahwa kapasitas akan mencapai batasnya. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Indonesia dikatakan sebagai negara dengan jumlah sampah plastik laut terbesar kedua di dunia.

        Di lain pihak, menurut laporan McKinsey, lebih dari 60% konsumen di Indonesia bersedia membayar biaya tambahan untuk merek ramah lingkungan, di mana trennya lebih tinggi daripada negara lain di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini terutama berlaku bagi anak muda, khususnya generasi milenial.

        Yuji Ishii, Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk, mengatakan, untuk mengatasi isu tersebut, pihaknya memiliki Konsep Ethical Living For SDGs, dengan menangkap isu lingkungan di Indonesia dan minat konsumen terhadap produk ramah lingkungan dan green (hijau). Tujuannya untuk berkontribusi langsung dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan dengan mengusulkan konsep gaya hidup baru yang menerapkan “Kebaikan kecil” yang dapat dengan mudah berkontribusi ke dalam kehidupan, dan mengambil langkah baru dari hal kecil dengan memanfaatkan teknologi terkini.

        “Kami percaya bahwa kami tidak boleh lepas dari tanggung jawab untuk menyelesaikan setiap masalah lingkungan untuk menjadikan bumi tempat yang nyaman bagi anak anak yang akan menikmati kehidupan di masa depan. Bila tetap dalam kondisi seperti ini, bahkan budaya dan adat istiadat yang telah kita kembangkan selama bertahun tahun pun dapat menghilang dari dunia,” ujar Yuji, dalam peluncuran konsep new life style yaitu “Ethical Living for SDGs”, Rabu (28/7/2021). 

        Upaya nyata pertama dari Ethical Living for SDGs adalah Peluncuran produk Charm and Protect Pollution Mask dalam edisi terbatas yang menggunakan kemasan dari kertas daur ulang 100% untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5 Juni 2021). Pemanfaatan kertas daur ulang 100% adalah upaya pertama yang dilakukan Unicharm Group.

        Selain itu, dalam upaya kedua ini kami jalankan aktivitas untuk menambah opsi dalam memecahkan berbagai masalah. Dalam tumpukan sampah di Indonesia, selain sampahorganik, tercampur juga sampah popok sekali pakai, dengan mengacu pada contoh pengolahan sampah organik menggunakan larva Black Soldier Fly (Maggot). 

        “Kami telah melakukan verifikasi bahwa sampah popok sekali pakai (pulp) dapat dikurangi, dengan membuat larva tersebut memakan popok sekali pakai (pulp) yang disakarifikasi menggunakan selulase (enzim),” jelas Yuji.

        Maggot BSF ini mempunyai  Kapasitas penguraian sampah organik sangat tinggi. Artinya, memiliki kemampuan untuk terurai dengan kecepatan tinggi. Larva yang menguraikan sampah organik dengan kecepatan tinggi dan tumbuh menjadi pakan yang baik dengan kandungan protein tinggi, sehingga dapat menjadi solusi yang efisien, murah dan ramah lingkungan dan kami menganggap ini sesuai untuk proses pengolahan popok sekali pakai (pulp) juga.

        Untuk memudahkan maggot dalam memakan bagian pulp dari popok sekali pakai, kami melakukan proses sakarifikasi pulp dengan selulase (enzim). Hasilnya, dipastikan bahwa Maggot yang dimasukkan ke dalam popok sekali pakai yang diproses sakarifikasi bertumbuh dengan lebih baik, dan bahwa pertumbuhannya tersebut dipercepat dengan mencampurkan sampah organik.

        Profesor Ishibashi dari Universitas Prefektur Kumamoto telah mendukung laporan ini, bahwa Maggot dapat memakan Pulp yang diolah dengan Selulosa, memilah bagian Plastik (non woven, polimer dll.) dan kotoran Maggot dan dapat didaur ulang. Eksperimen ini merupakan eksperimen pertama yang dilakukan oleh perusahaan FMCG Indonesia sebagai langkah nyata kedua dari Ethical Living for SDGs , ini bertujuan untuk menemukan cara mengurai popok sekali pakai tanpa membuangnya sebagai solusi konkrit masalah sampah, yang efisien, murah, dan ramah lingkungan.

        Untuk mewujudkan daur ulang popok sekali pakai di Indonesia, kami menganggap bahwa tidak hanya pembuktian eksperimen menggunakan Maggot ini saja namun diperlukan juga penetrasi pemisahan sampah yang dihasilkan dari rumah rumah, oleh karena itu kami memulai upaya ini sebagai solusi masalah sampah.

        “Upaya kami ini akan menjadi serangkaian upaya untuk menambah solusi dalam rangka penyelesaian masalah sampah di Indonesia. Walaupun tidak dapat menyelesaikan semuanya, akan kami coba mengadopsi Best Practice yang diterapkan di dunia. Kami percaya bahwa upaya ini sejalan dengan konsep yang diperkenalkan oleh Ethical Living,” tutup Yuji.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: