Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Influenza Kembali Datang, Eropa yang Masih Terjangkit Covid-19 Hadapi Ancaman Twindemic

        Influenza Kembali Datang, Eropa yang Masih Terjangkit Covid-19 Hadapi Ancaman Twindemic Kredit Foto: AP Photo/Joan Mateu Parra
        Warta Ekonomi, London -

        Setelah hampir menghilang tahun lalu, influenza justru kembali datang ke Eropa. Bahkan menurut laporan, penyakit itu datang pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan, dan merebak di Eropa pada musim dingin ini. 

        Seperti diwartakan Reuters, munculnya kembali influenza di Eropa itu tak ayal  meningkatkan kekhawatiran akan adanya 'twindemic' yang berkepanjangan di Benua Biru. Sebagai catatan, twindemic merupakan istilah untuk merujuk musim flu yang terjadi bersamaan dengan peningkatan kasus Covid-19.

        Baca Juga: Peringatan WHO: Omicon Bakal Tularkan Separuh Warga Eropa, Apa Kabar Asia?

        Selama pandemi Covid-19, Eropa telah menjadikan penguncian, pemakaian masker, dan jarak sosial sebagai norma yang harus dipatuhi masyarakat. Langkah ini pun akhirnya ikut melumpuhkan flu pada musim dingin lalu. Norma itu juga sementara bisa mencegah virus influenza, yang secara global bisa membunuh hingga 650 ribu orang per tahun, menurut angka Uni Eropa (UE).

        Namun, situasi itu sekarang berbalik, di mana influenza kembali datang di tengah wabah Covid-19 yang belum juga reda di Eropa. Hal ini terutama terjadi usai banyak negara mulai mengadopsi langkah-langkah kurang ketat untuk memerangi Covid sebagai imbas dari vaksinasi yang meluas.

        Menyusul kendornya pembatasan Covid-19 itu, Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mulai mengungkap datangnya penularan influenza. Laporan itu diumumkan  pada bulan ini, dengan ECDC mengatakan bahwa sejak pertengahan Desember, virus flu telah beredar di Eropa dengan tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan. 

        "Twindemic dapat memberikan tekanan berlebihan pada sistem kesehatan yang sudah kewalahan," kata ECDC dalam laporannya.

        Laporan ECDC itu kemudian terbukti dari tingginya jumlah kasus flu di unit perawatan intensif (ICU) di Eropa (ICU). Dilaporkan setidaknya pada bulan Desember lalu, laporan mingguan jumlah kasus flu di (ICU) Eropa terpantau terus melonjak.

        Hingga pada minggu terakhir tahun lalu, peningkatan mencapai puncaknya dengan jumlah pasien ICU mencapai sebanyak 43 orang. Laporan ini tidak hanya disampaikan ECDC, tetapi juga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

        Laporan itu memang lebih rendah di banding masa pra-pandemi Covid, di mana kasus flu mingguan di ICU bisa memuncak dengan angka lebih dari 400 orang pada tahap yang sama pada tahun 2018.

        Kendati demikian, data itu tetap mencerminkan peningkatan besar dibandingkan tahun lalu, ketika hanya ada satu kasus flu di ICU sepanjang Desember.

        Kembalinya virus itu pun bisa menjadi awal dari musim flu yang luar biasa panjang, yang kemudian bisa berlanjut hingga musim panas, kata pakar utama ECDC tentang influenza, Pasi Penttinen.

        "Jika kita mulai mencabut semua tindakan (pembatasan), kekhawatiran besar yang saya miliki untuk influenza adalah mungkin kita akan beralih dari pola musiman normal. Ini karena kita sudah lama sekali hampir tidak punya sirkulasi (flu) di populasi Eropa," kata Penttinen.

        Penttinen juga menekankan bahwa pencabutan langkah pembatasan pada musim semi bisa memperpanjang sirkulasi flu jauh lebih lama dari akhir musim semi di Eropa, yang normalnya berakhir pada Mei.

        Di Prancis, tiga wilayah - termasuk Paris - menghadapi epidemi flu, menurut data yang diterbitkan oleh kementerian kesehatan Prancis pekan lalu. Lainnya berada dalam fase pra-epidemi.

        Musim ini, Prancis telah mencatat 72 kasus flu serius, dengan enam kematian.

        Masalah kemudian menjadi lebih rumit  ketika jenis flu dominan yang beredar tahun ini tampaknya adalah dari kelompok H3 dari virus influenza tipe A. Jenis ini biasanya menyebabkan kasus paling parah di kalangan orang tua.

        Persoalan menyebarnya kembali virus flu di Eropa itu juga akhirnya membuat publik bertanya soal keampuhan dari vaksin influenza.  

        Namun, Penttinen menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk membuat penilaian akhir dari vaksin flu. Ini terutama karena ahli butuh lebih banyak sampel tentang jumlah pasien yang sakit agar bisa dianalisis secara nyata. 

        Kendati begitu, tes laboratorium menunjukkan vaksin yang tersedia tahun ini 'tidak akan optimal' terhadap H3.

        Itu sebagian besar karena ketika komposisi vaksin diputuskan tahun lalu, virus yang beredar sangat sedikit. Jadi, lebih sulit bagi produsen vaksin untuk memprediksi jenis virus mana yang akan dominan di musim flu yang akan datang.

        Diketahui vaksin flu diadaptasi setiap tahunnya, untuk membuatnya seefektif mungkin melawan virus flu yang terus bermutasi. Bahkan dilaporkan bagaimana faktanya, virus influenza lebih cepat bermutasi dari virus corona.

        Komposisi vaksin untuk flu diputuskan enam bulan sebelum musim flu dimulai. Ini biasanya didasarkan pada peredaran virus di belahan bumi yang berlawanan. Sehingga, produsen bisa memperoleh waktu untuk mengembangkan dan membuat vaksinnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: