Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sudah Terbit! yang Ingin kenal Sosok BJ Habibie Harus Tau Buku Ini

        Sudah Terbit! yang Ingin kenal Sosok BJ Habibie Harus Tau Buku Ini Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Buku berjudul "Saya Bacharuddin Jusuf Habibie (The Untold Story)" pada Sabtu, (29/1/2022) telah diluncurkan. Dalam acara virtual peluncuran buku ke-56 yang ditulis Andi Makmur Makka terselenggara berkat kerjasama The Habibie Center, Penerbit Republika, Dompet Dhuafa, dan MAPIPTEK (Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

        Buku ini selain ditulis berdasarkan penuturan BJ Habibie sendiri, juga mengisahkan berbagai sisi lain dalam perjalanan hidupnya dari sejak kecilnya, pada masa mudanya, hingga menjadi ilmuwan di jerman, dan sebagai eksekutif top di industri pesawat terbang di negara Eropa tersebut.

        Habibie kemudian diminta Presiden Suharto kembali ke Indonesia untuk membangun industri strategis antara lain kedirgantaraan. Prestasinya ini dan peran pentingnya di pemerintahan kemudian mendorongnya untuk dipilih  sebagai Presiden RI menggantikan Suharto. Baca Juga: Kominfo Luncurkan Buku Saku Tanya Jawab Nataru 2021/2022 dan Jingle #mulaidarikamu

        Makmur Makka, tokoh pers yang cukup dekat dengan BJ Habibie sejak sebagai Menristek/Ketua BPPT  hingga menjadi Presiden ke-3 RI kemudian menuliskan penuturan Habibie dengan cermat dan dilengkapi dengan hasil serangkaian wawancara selama 10 hari yang dilakukannya pada 2005.

        Makmur Makka tercatat selain pernah menjadi staf ahli bidang informasi untuk Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga menjadi pemimpin redaksi Harian Republika (1997-2000).

        Serangkaian buku karyanya tentang Habibie, antara lain adalah "Mr. Crack dari Parepare", "Soeharto & Habibie", "B.J. Habibie -- the Power of Ideas" serta "Habibie: Kecil Tetapi Otak Semua".

        Dari 77 bab bukunya yang ke-56 tersebut, antara lain berjudul: "Tetangga Kami Pak Harto", "Saya Ngotot ke Jerman", "Metode, Fungsi dan Teori Habibie", "Industri Dirgantara Hampir Gagal."

        "Pola Pikir Pak Harto yang Sederhana", "N-250 Tercanggih dalam Kelasnya", "Bak Dunia Milik Siapa Sih", "De-Habibinasi", "Jika Saya Tidak Menyetujui  Instruksi Pak Harto", , "Timor Timur Tidak Lagi Jadi Beban" hingga "Tidak Harus Seorang Presiden" yang dibatasi Makmur Makka pada warisan Habibie  dari sisi iptek yang relevan dengan isu sekarang.

        Makmur Makka mengaku telah menuliskan buku barunya tersebut hingga sekitar 1.000 halaman. Namun tulisannya terpaksa dipotong penerbitnya menjadi hanya 498 halaman, untuk penyesuaian harganya. Karena itu ia menjanjikan akan melanjutkan menulis buku tentang BJ Habibie.

        Menurut dia, perjalanan, tindakan dan pemikiran Habibie sangat penting untuk dituangkan dalam tulisan sebagai sumber inspirasi bagi generasi berikutnya.

        BJ Habibie, menurut dia, merupakan ilmuwan dan negarawan yang telah meletakkan fondasi berbagai kebijakan yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Baca Juga: Soekarno, Habibie dan Djuanda Dianugerahi Outstanding Lifetime Achievement Oleh PII

        Sementara, Menurut Ninok Leksono (Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta) salah satu nara sumber pada peluncuran buku mengatakan,  "BJ Habibie kali ini bukan sekadar peluncuran buku, tetapi bisa memberi kesempatan kita mereaktualisasi gagasan Habibie yang diselaraskan dengan era kekinian."

        Menurut waratwan senior ini, Ia mendukung visi pembangunan yang diamanatkan Presiden pertama RI Soekarno, bahwa kemajuan bangsa dipengaruhi dua teknologi yaitu kedirgantaraan dan kemaritiman. "Habibie dahulu mampu menjadi pemimpin berbagai lembaga dengan fondasi iptek dan menggagas banyak kebijakan serta memacu generasi muda menguasai iptek melalui program beasiswa keluar negeri," kata dia

        Menurut Ninok 'gemar iptek dan merekayasa' ini saat ini sudah langka. Selain itu rasa cinta karya bangsa sendiri di masyarakat juga tidak ada, karena mereka beranggapan “kalau bisa beli mengapa harus bikin”. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: