Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ada Ancaman Dahsyat di Murka Vladimir Putin ke Ukraina dan NATO

        Ada Ancaman Dahsyat di Murka Vladimir Putin ke Ukraina dan NATO Kredit Foto: Sputnik/Mikhail Tereshchenko
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Ada ancaman dahsyat di murka Presiden Rusia Vladimir Putin. Amarahnya ke Ukraina dan NATO bisa bawa petaka besar. 

        Putin tak segan memekikkan perang besar jika Krimea disentuh. NATO dan AS yang ada di belakang Ukraina juga bakal dihajar habis-habisan.

        Baca Juga: Di Tengah Ketegangan Rusia Vs Ukraina, Eropa Hadapi Momen Paling Berbahaya Sejak Perang Dingin

        Putin mengaku khawatir Ukraina bisa dijadikan pangkalan NATO. Bila itu terjadi, prediksinya, Ukraina memiliki dukungan militer besar untuk merebut Semenanjung Krimea.

        “Jika Ukraina menjadi anggota NATO dan bergerak merebut kembali Krimea, negara-negara Eropa akan terseret konflik militer dengan Rusia. Tidak akan ada pemenang,” kata Putin, seperti dikutip dari kantor berita TASS, Rabu (9/2/2022).

        Kekhawatiran Putin juga berdasarkan persenjataan NATO kepada negara-negara anggotanya di dekat kawasan Eropa Timur seperti Estonia, Lituania, Latvia, Rumania, dan Polandia.

        Dalam tuntutannya kepada NATO, Kremlin tegas meminta aliansi pertahanan NATO menarik pasukan dari negara-negara tersebut.

        Pemerintahan Vladimir Putin memandang Ukraina sebagai tetangga strategis dari segi pertahanan.

        Itu sebabnya Kremlin nekat melakukan operasi militer di Krimea dan mendukung kelompok separatis Donbass usai Presiden Viktor Yanukovych didongkel dan Kyiv menjadi cenderung pro-Barat.

        Kekhawatiran dalam aspek pertahanan membuat Kremlin enggan surut dari tuntutan menolak negara-negara bekas Soviet diterima NATO.

        Sebaliknya, NATO juga enggan didikte oleh Moskow. NATO tetap berkeras membantu Ukraina.

        Dua sikap tegas tersebut membuat negosiasi diplomatis akhir-akhir ini berjalan buntu.

        Namun, usai kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (7/2) lalu, Putin terkesan agak tenang.

        Dia mengaku usulan Macron berpeluang dijadikan basis untuk mewujudkan resolusi konflik Rusia-Ukraina.

        Presiden Macron sendiri segera bertolak ke Kyiv untuk bertemu Presiden Volodymyr Zelensky usai rapat dengan Putin.

        Di lain pihak, Jerman juga berusaha aktif menengahi perselisihan Rusia-Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz dilaporkan akan mengunjungi Kyiv dan Moskow pada 14-15 Februari mendatang.

        Sebelumnya, Prancis dan Jerman berperan aktif menengahi konflik Rusia-Ukraina terkait Krimea dan kelompok separatis.

        Mediasi dua negara itu membuahkan Persetujuan Minsk II pada 2015.

        Sayangnya, persetujuan Minsk hanay dijalankan Moskow. Ukraina terkesan ogah-ogahan menerapkan perjanjian tersebut.

        Kyiv mengaku jika penerapan Persetujuan Minsk II sangat berpotensi merugikan Ukraina.

        Konflik Rusia-Ukraina sendiri berkisar pada tuntutan Kremlin agar Ukraina dan negara bekas Uni Soviet lain tak diterima untuk bergabung dengan NATO.

        Namun, Amerika Serikat (AS), NATO, dan Ukraina menolak tuntutan tersebut.

        Rusia pun mengirim sekitar 100.000 pasukan ke perbatasan Ukraina. Kremlin menolak tuntutan Barat agar konsentrasi pasukan dibubarkan.

        Washington bahkan menuding Moskow sedang menyiapkan dalih untuk melancarkan invasi total ke Ukraina.

        Kremlin menampik tuduhan bahwa mereka merencanakan invasi. Pemerintahan Putin menyebut AS dan sekutunya justru memprovokasi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: