DEWG Presidensi G-20 Jadikan Kecapakan dan Literasi Digital sebagai Isu Prioritas
Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Presidensi G20 Indonesia memberikan perhatian terhadap isu kecapakan dan literasi digital. Berangkat dari isu tersebut, DEWG akan menekankan pembahasan prinsip-prinsip penggunaan dan dampak teknologi digital bagi masyarakat.
Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, Mira Tayyiba menjelaskan, transformasi digital merupakan salah satu isu presidensi G20 yang diusung Indonesia. Transformasi digital itu kemudian diurai menjadi tiga isu prioritas Digital Economic Working Group (DEWG).
Baca Juga: Kolaborasi VIDA dan DocuSign, Verifikasi Identitas Digital Aman Tanpa Hambatan
Isu pertama ialah mengenai konektivitas dan pemulihan pasca-Covid-19. Kedua, kecapakan dan literasi digital. Ketiga, arus data lintas batas. Ketiganya ini keterkaitan satu dengan yang lain.
"Urgensi antara isu konektivitas dan kecapakan literasi digital, yakni di mana kita diberi alat baru, seperti anak-anak diberi mainan baru. Bagaimana seseorang dapat memakainya. Kemudian seseorang itu mengetahui dampaknya atau tidak," kata Mira dalam pada acara Sofa Talk Series dengan tema "Mengulik Isu dan Kecakapan Digital di Forum G20", Jumat (18/2/2022).
Mira mengatakan, pada DEWG minggu lalu, transformasi digital konektivitas semua berlaku secara inklusivitas. Ia mejelaskan, terkadang seseorang diberi akses, tetapi tidak mengetahui cara penggunaan dan dampaknya.
Tujuan dari konektivitas ini adalah kemampuan untuk menggunakannya. Kemudian dalam penggunaan transformasi digital harus beretika. "Dalam beberapa tahun terakhir, data per Desember 2021. Kami sudah meng-take down 2,7 juta konten negatif," ungkap Mira.
Hal ini lantaran pemerintah melalui Kominfo ingin menciptakan ruang digital yang bersih dan sehat agar digunakan secara produktif. "Ibarat seperti rumah atau ruangan. Apabila banyak barang digunakan dan banyak sampah, kita menggunakan ruangan tersebut secara efektif akan sulit," jelas Mira.
"Pemerintah ingin secara realitis tidak mungkin membersihkan secara steril. Namun, masing-masing dari kita memiliki pemahaman, memiliki pengetahuan untuk memilih dan memilah, walaupun ada sampah kita tidak mengambil sampah tersebut (terprovokasi)," tambahnya.
Oleh karena itu, kata Mira, dalam literasi digital bukan hanya pengunaannya, melainkan beretika dalam menggunakan transformasi digital. Selain itu, literasi digital dapat melindungi diri sendiri.
"Karena, di ruang digital kita harus melihat dengan siapa kita berkomunikasi," jelas Mira.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: