Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Anak Buahnya Tuduh China Danai Perang Rusia, Joe Biden Segera Hubungi Xi Jinping

        Anak Buahnya Tuduh China Danai Perang Rusia, Joe Biden Segera Hubungi Xi Jinping Kredit Foto: Reuters/Lintao Zhang
        Warta Ekonomi, Washington -

        Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dijadwalkan akan berbicara dengan Presiden China, Xi Jinping pada Jumat (18/3/2022) hari ini. Dialog antara Biden dan Xi ini akan menjadi diskusi pertama keduanya dalam beberapa bulan. 

        Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki pada Kamis (17/3/2022), menyebut bahwa Washington akan mencoba mendiskuskan sejumlah isu dengan Beijing.

        Baca Juga: Berembus Kabar Vladimir Putin Panggil Pasukan Rezim Bashar al-Assad buat Ikut Perang

        Di antaranya termasuk membahas persaingan kedua negara hingga hubungan China dengan Kremlin di tengah invasi yang sedang berlangsung di Ukraina.

        Sebelumnya, kabel diplomatik AS telah menyarankan bahwa China menyatakan beberapa keterbukaannya untuk memberi Rusia bantuan militer hingga keuangan yang diminta sebagai bagian dari perangnya di Ukraina. 

        Belum jelas apakah China berniat memberikan bantuan itu kepada Rusia, kata pejabat AS yang akrab dengan intelijen AS kepada CNN awal pekan ini.

        Namun, beberapa hari setelah laporan ini diungkap, Washington mengumumkan upaya komunikasi Biden dengan Xi, di mana keduanya turut membahas konflik Ukraina.

        "Ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk menjaga jalur komunikasi terbuka antara AS dan RRC," kata Psaki, menggunakan singkatan dari Republik Rakyat China. 

        "Kedua Pemimpin akan membahas pengelolaan persaingan antara kedua negara serta perang Rusia melawan Ukraina dan masalah lain yang menjadi perhatian bersama."

        Seperti dilaporkan CBS News, Biden dan Xi terakhir berbicara pada November lalu, untuk pertemuan puncak virtual. Dalam panggilan terakhirnya itu, keduanya berbicara selama lebih dari tiga jam, di mana Biden menyuarakan keprihatinan tentang sejumlah hal.

        Di antaranya termasuk isu hak asasi manusia, agresi China terhadap Taiwan, masalah perdagangan hingga kurangnya transparasi Beijing terhadap pandemi Covid-19.

        Panggilan terbaru keduanya pada Jumat juga datang menyusul pertemuan di Roma, antara penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan dan diplomat top China, Yang Jiechi.

        Dalam pembacaan resmi pertemuan tersebut, Sullivan mengangkat berbagai masalah dalam hubungan AS-China, dengan diskusi substansial tentang perang Rusia melawan Ukraina.

        Pertemuan itu, yang berlangsung pada Senin (14/3), telah digambarkan oleh seorang pejabat senior pemerintah sebagai 'sesi tujuh jam yang intens'. 

        Pejabat itu juga mengatakan bahwa pemerintahan Biden memiliki 'keprihatinan mendalam tentang keberpihakan China dengan Rusia', yang masih melanjutkan serangannya di Ukraina. Kepada mitra Chinanya itu, Sullivan 'langsung' memperingatkan 'potensi implikasi dan konsekuensi' atas bantuan China di masa mendatang untuk Rusia.  

        Sullivan juga telah menggarisbawahi 'pentingnya menjaga jalur komunikasi terbuka' antara AS dan China. 

        "Penasihat keamanan nasional dan delegasi kami secara langsung dan sangat jelas menyatakan keprihatinan tentang dukungan RRC ke Rusia setelah invasi, dan implikasi bahwa dukungan semacam itu akan berdampak pada hubungan RRC tidak hanya dengan kami, tetapi juga untuk hubungannya. di seluruh dunia --termasuk sekutu dan mitra kami di Eropa dan di Indo-Pasifik," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price saat itu, dikutip dari NYPost.

        Menurut CNN, bantuan dari China akan menjadi perkembangan yang signifikan dalam invasi Rusia ke Ukraina. Langkah dari China itu pastinya akan membalikkan pertahanan Ukraina serta memberikan penyeimbang terhadap sanksi keras yang dikenakan pada ekonomi Rusia.

        Laporan menyebut bahwa salah satu permintaan Moskow ke Beijing adalah paket makanan militer yang tidak mudah rusak, menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut. 

        Artinya, permintaan Rusia itu telah menggarisbawahi tantangan logistik dasar yang dihadapi militernya. Ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan fundamental pasukan Kremlin saat memutuskan untuk menyerang tetangganya. Pasukan Rusia telah mengalami kemunduran logistik dan strategis sejak invasi mereka dimulai lebih dari dua minggu lalu.

        Para pejabat AS menyakini bahwa Xi telah gelisah oleh invasi Rusia ke Ukraina dan bagaimana kinerja militer Rusia di negara tersebut.

        Para pejabat AS, termasuk Psaki, semakin kritis terhadap tanggapan Beijing terhadap perang Rusia di Ukraina. Mengingat, liputan media domestik China diketahui ikut mempromosikan kampanye disinformasi Rusia dan menggambarkan perang itu sebagai 'operasi militer khusus'.

        Psaki juga mentweet bahwa Beijing 'tampaknya telah mendukung' klaim palsu Rusia bahwa AS sedang mengembangkan senjata kimia di Ukraina.

        Panggilan pada Jumat dilangsungkan beberapa hari sebelum Biden dijadwalkan melakukan perjalanan ke Eropa untuk bertemu dengan para pemimpin dunia, membahas invasi Rusia ke Ukraina. Presiden AS itu juga akan bertandang ke Brussel, dan berpartisipasi dalam KTT NATO pada 24 Maret serta bergabung dengan pertemuan Dewan Eropa.

        Sejak menjabat, Biden telah menekankan bahwa mengelola persaingan dengan China adalah keamanan nasional jangka panjang dan itu menjadi prioritas ekonomi Amerika.

        Biden juga berulang kali menekankan bahwa dia yakin AS berada pada titik belok dalam sejarahnya dan harus menunjukkan demokrasi dunia dapat bersaing dengan rezim otokratis seperti China.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: