Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nyamar Pakai Seragam Polisi, Cara Aksi Pembom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Beraksi

        Nyamar Pakai Seragam Polisi, Cara Aksi Pembom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Beraksi Kredit Foto: Reuters/Fayaz Aziz
        Warta Ekonomi, Islamabad -

        Kepolisian Pakistan mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri di sebuah masjid di Peshawar pekan ini. Kepala kepolisian provinsi menambahkan pelaku melewati petugas keamanan dengan mengenakan seragam polisi.

        Serangan Senin (30/1/2023) yang terjadi daerah dengan penjagaan ketat yang disebut Police Line menewaskan lebih dari 100 orang. Semua korban jiwa kecuali tiga orang merupakan petugas polisi.

        Baca Juga: Tembus 100 Orang Tewas! Korban Tewas Ledakan Bom di Masjid Pakistan Masih Bertambah, Kebanyakan Polisi

        Pada Kamis (2/2/2023) kepala polisi Provinsi Khyber Pashtunkhwa di mana Peshawar berada, Moazzam Jah Ansari mengatakan pelaku pengeboman bagian dari "jaringan" dan mengendarai sepeda motor ke daerah itu.

        Sampai tahun 1980-an Peshawar dikenal sebagai kota yang damai,  ketika diktator Pakistan Ziaul Haq memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam perang dingin antara Washington dengan Moskow. Pakistan ikut bergabung dalam perang melawan invasi Soviet ke negara tetangga Afghanistan pada 1979.

        Peshawar terletak kurang dari 30 kilometer dari perbatasan Afghanistan. Saat perang dingin, Peshawar menjadi markas militer. Di sana CIA dan militer Pakistan membantu melatih, mempersenjatai, dan mendanai mujahidin Afghanistan melawan Soviet.  

        Kota itu dibanjiri oleh senjata dan pejuang, banyak dari mereka adalah militan Islam garis keras, serta ratusan ribu pengungsi Afghanistan. Militan Arab juga ditarik ke Pakistan untuk perang melawan Soviet, termasuk keturunan dari keluarga kaya Saudi, Osama bin Laden.  

        Di Peshawar itulah bin Laden mendirikan kelompok Alqaida pada akhir 1980-an, bersama dengan militan veteran Mesir, Ayman al-Zawahri. Uni Soviet akhirnya mundur dalam kekalahan dari Afghanistan pada 1989. Namun warisan militansi, serta perlawanan bersenjata yang dimiliki AS dan Pakistan masih tetap ada.

        Mujahidin menjerumuskan Afghanistan ke dalam perang saudara untuk perebutan kekuasaan berdarah.  Sementara itu, di Peshawar dan kota Pakistan lainnya, Quetta, Taliban Afghanistan mulai berorganisasi, dengan dukungan dari pemerintah Pakistan.  Akhirnya, Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada akhir 1990-an.

        Taliban memerintah Afghanistan sampai mereka digulingkan oleh invasi pimpinan Amerika pada 2001 menyusul serangan 9/11 oleh Al Qaeda di Amerika Serikat. Selama hampir 20 tahun pasukan koalisi pimpinan AS berperang melawan pemberontakan Taliban di Afghanistan.

        Selama pasukan Barat berada di Afghanistan, kelompok-kelompok militan berkembang di daerah kesukuan Pakistan di sepanjang perbatasan dan sekitar Peshawar. Taliban menemukan akar di antara etnis Pashtun yang menjadi mayoritas di wilayah tersebut dan di Peshawar.

        Beberapa kelompok militan mengarahkan senjata mereka melawan pemerintah. Mereka marah dengan tindakan keras keamanan dan serangan udara AS di wilayah perbatasan yang menargetkan Al Qaeda dan militan lainnya.

        Di antara kelompok anti-pemerintah adalah Taliban Pakistan, atau Tahreek-e Taliban-Pakistan (TTP). Pada akhir 2000-an dan awal 2010-an, mereka melakukan kampanye kekerasan brutal di seluruh negeri.  Peshawar menjadi salah satu tempat serangan TTP yang paling brutal pada 2014.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: