Setahun Konflik, Perang Rusia-Ukraina Enggak Mereda Malah Perang Makin Panjang
Perang Rusia-Ukraina genap berusia setahun, terhitung sejak 20 Februari 2022. Setelah setahun perang, pihak Uni Eropa malah memasang "mode perang mendesak" lantaran penyelesaian perang dan pintu perdamaian semakin jauh.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell mengklaim perang di Ukraina akan berakhir kecuali blok NATO menyelesaikan kekurangan amunisi lebih cepat dan lebih banyak senjata untuk Kiev.
Baca Juga: Bantah Bagi-bagi Wilayah dengan Rusia, Volodymyr Zelensky: Kami Bertempur Habis Kalau Terjadi
"Kami berada dalam mode perang yang mendesak," kata Borrell, Minggu (19/2/2023), pada hari terakhir Konferensi Keamanan Munich.
Kata-katanya datang di tengah janji-janji Barat tentang pengiriman persenjataan baru untuk Kiev dan meningkatnya kekurangan stok bloknya sendiri.
Dia menambahkan bahwa konflik akan berakhir jika kekurangan amunisi tidak diselesaikan dalam hitungan minggu.
Diplomat itu mengeluhkan menipisnya persediaan Eropa, mengklaim bahwa NATO "melupakan perang klasik ... hanya terlibat dalam pasukan ekspedisi dan teknologi Blitzkrieg."
Dia mengumumkan bahwa para menteri pertahanan Uni Eropa akan mengadakan pertemuan khusus pada 8-9 Maret untuk mencoba menyelesaikan masalah ini.
Kelihatannya para menteri pertahanan Uni Eropa akan bersepakat memberikan lebih banyak bantuan dana kepada Ukraina. Bantuan dana tersebut termasuk di dalamnya pembelian alat-alat perang yang masif.
Borrell mengatakan bahwa dia akan mempresentasikan gagasan untuk menggunakan 3,6 miliar euro (3,6 miliar dolar AS) dari Fasilitas Perdamaian Eropa (EPC) untuk bersama-sama membeli amunisi untuk Kiev, menggunakan pengalaman Uni Eropa dalam pengadaan bersama vaksin Covid-19.
Publik dunia akan membayangkan bagaimana bila miliaran dolar Amerika Serikat dalam waktu dekat akan dikonversi menjadi sistem pertahanan Ukraina yang canggih.
Dunia barat makin menyatukan tekadnya untuk menghentikan perang Ukraina-Rusia hanya melalui cara perang yang berdarah dan menciptakan tragedi kemanusiaan yang mengerikan.
Langkah dunia barat terlihat tidak bijaksana, sementara langkah Rusia juga memperkeruh proses perdamaian dengan terus menerus membordir kota-kota di Ukraina.
Borrell sendiri telah mewaspadai kekurangan amunisi pada bulan September, dengan mengatakan persediaan "habis".
Penilaian ini juga digaungkan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, yang memperingatkan bahwa negara-negara aliansi kehabisan amunisi yang dapat mereka sumbangkan untuk upaya perang Kiev.
Beberapa negara Uni Eropa dan AS telah berjanji untuk mengirim tank modern buatan Barat ke Ukraina; Namun, prosesnya akan memakan waktu berbulan-bulan tanpa jadwal yang jelas.
Inggris dan Prancis juga mempertimbangkan untuk mengirim jet tempur ke Kiev, dengan London sudah melatih pilotnya. Namun, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan awal bulan ini bahwa mengirim pesawat tempur bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dalam beberapa minggu mendatang.
Baca Juga: Perhatian, Ukraina Sulit Bermanuver di Udara, Rusia Bisa Ambil Peluang Ini
Blok Barat Seharusnya Bijak, Blok Rusia Sebaiknya Menahan Diri
Pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan bahwa langkah yang diambil negara-negara Barat tidak biasa.
Achmad menilai, menggunakan kacamata perlombaaan bantuan perang untuk Ukraina dalam menyelesaikan konflik adalah cara berfikir yang aneh.
"Bukannya meredakan konflik, upaya tersebut malah akan memperpanjang konflik," katanya dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi.
Menurut pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta, narasi petinggi Uni Eropa baik disampaikan Josep Borell dan Jens Stoltenberg malah memperkeruh suasana.
"Apakah petinggi Uni Eropa tersebut tidak memikirkan dampaknya kepada rakyat Ukraina dan Kehancuran total kota-kota di Ukraina?" tanyanya.
Publik dunia menyakini bahwa pengiriman senjata ke Kiev tidak akan menghentikan Rusia mencapai tujuan operasi militer mereka, tetapi justru akan "memperpanjang penderitaan" untuk Ukraina.
"Melihat situasi yang seperti ini, sepertinya dunia pesimis setelah 1 tahun konflik Ukraina-Rusia akan mereda. Sesungguhnya yang akan terjadi konflik tersebut akan berkepanjangan," pungkas Achmad.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: