Ada Bangkai Drone Amerika di Laut Hitam, Rusia: Ini Provokasi Nyata
Moskow menganggap insiden hari Selasa (14/3/2023) ketika sebuah pesawat nirawak Amerika Serikat jatuh di Laut Hitam sebagai sebuah provokasi, kata Duta Besar Anatoly Antonov setelah dipanggil ke Departemen Luar Negeri di Washington.
Antonov bertemu dengan Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Eropa dan Eurasia Karen Donfried, yang memprotes "pencegatan yang tidak aman dan tidak profesional" terhadap pesawat tak berawak tersebut yang mengakibatkan jatuhnya pesawat.
Baca Juga: Manuver Kapal Selam Nuklir di Indo-Pasifik, China Semprot AUKUS: Pimpinan Amerika Salah Jalan
"Kami menganggap insiden ini sebagai sebuah provokasi," kata Antonov kepada para wartawan setelah pertemuan tersebut.
Dia mengatakan bahwa dia mengatakan kepada Donfried bahwa drone, pesawat, dan kapal AS tidak memiliki urusan untuk berada sedekat itu dengan perbatasan Rusia.
"Bisakah Anda bayangkan apa reaksi media AS atau Pentagon, jika pesawat tak berawak semacam itu muncul di dekat New York atau San Francisco?" tanyanya.
Antonov menggambarkan pembicaraan dengan Donfried sebagai "konstruktif" dan mengatakan bahwa kedua belah pihak berbagi keprihatinan mereka.
AS dan Rusia harus "sangat berhati-hati" dalam bertindak, mengingat situasi saat ini di Eropa Timur. Dia juga mengatakan kepada Donfried bahwa Moskow mencari "hubungan pragmatis" dan tidak bertentangan dengan AS.
Menurut militer AS, dua pesawat pencegat Su-27 Rusia terbang sangat dekat dengan drone MQ-9 Reaper pada Selasa pagi, menumpahkan bahan bakar ke drone dan pada satu titik merusak baling-balingnya, menyebabkan UAV tersebut jatuh. Menurut mereka, pesawat tak berawak itu sedang menjalankan misi pengawasan damai di perairan internasional.
Sebagai tanggapan, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa UAV itu berhenti setelah melakukan manuver drastis, dan bahwa pesawat pencegat "tidak bersentuhan dengan UAV tersebut."
Antonov mengatakan bahwa drone itu merupakan jenis yang dapat membawa banyak rudal dan bom. MQ-9 dikembangkan sebagai varian "pemburu-pembunuh" dari MQ-1 Predator.
AS telah menerbangkan drone dan pesawat pengintai di dekat perbatasan Rusia selama lebih dari satu tahun, memberikan informasi intelijen dan informasi penargetan kepada pemerintah Ukraina - bersama dengan senjata, amunisi, dan uang - sembari bersikeras bahwa mereka bukan pihak yang terlibat dalam konflik.
Lokasi pasti dari insiden tersebut tidak diberikan oleh kedua pemerintah. Media Rusia melaporkan bahwa lokasi terakhir Reaper berada sekitar 60 kilometer barat daya pelabuhan Sevastopol, Krimea.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: