Mau Menang, NU Enggak Bisa Menjadi Sandaran Anies Baswedan: Mereka Sering Tak Terkonsolidasi...
Direktur Eksekutif Indostrategic, Ahmad Khoirul Umam menyoroti desas-desus akan siapa yang sosok tepat untuk menjadi wakil dari Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Dirinya mengatakan sosok tersebut memang bisa berasal dari Nahdlatul Ulama (NU). Namun mantan menteri pendidikan tersebut perlu menguatkan narasi moderatisme keislaman dan keindonesiaan dirinya.
"Sehingga, Anies bisa menghentikan serangan politik lawan yang menyerangnya dengan narasi politik identitas," kata Khoirul, Rabu (29/3).
Namun, ia merasa, basis pemilih loyal Nahdliyyin sering tidak terkonsolidasi secara masif. Walau, dukungan Nahdliyyin yang memiliki populasi besar, khususnya di Jawa, memang memiliki dampak besar terhadap pemenangan capres-cawapres.
Dengan literasi politik yang lebih baik dan merujuk Pemilu 2004-2019, Nahdliyyin umumnya terdiaspora dan terdistribusi merata ke ragam pasangan capres-cawapres. Khoirul mengingatkan, kondisi seperti itu pernah terjadi pada Pilpres 2004 lalu.
"Itulah mengapa ketika Megawati yang berstatus incumbent maju Pilpres bersama Ketum PBNU aktif, KH Hasyim Muzadi, pada Pilpres 2004, akhirnya tetap kalah oleh pasangan SBY-JK yang notabene merupakan warga kultural Nahdliyyin itu sendiri," ujar Khoirul.
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina ini menerangkan, saat ini belum ada nama-nama politisi Nahdliyyin yang memiliki bekal elektabilitas memadai. Ketum PKB sendiri, Muhaimin Iskandar, tetap memiliki elektabilitas yang belum memadai.
Sedangkan, Menkopolhukam, Mahfud MD tidak memiliki kendaraan politik riil di parlemen yang siap menjamin dan mendukung. Lalu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, masih memiliki kendala isu hukum yang berpotensi menjegalnya.
Khoirul menerangkan, jika Nasdem ingin terus mendorong nama Khofifah untuk mendampingi Anies, Nasdem akan terganjal oleh posisinya sebagai sponsor utama pencapresan Anies. Pasalnya, Nasdem sebelumnya sudah menentukan sosok capres.
"Jika ingin memaksakan menentukan cawapres sekaligus, itu berpotensi melukai Demokrat dan PKS. Artinya, tidak ada kesetaraan dalam koalisi karena seolah hak politik Demokrat dan PKS diambil alih dan dikendalikan penuh oleh Nasdem," kata Khoirul.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: