Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gak Diundang ke Istana, Pengamat: Nasdem Sakit Hati...

        Gak Diundang ke Istana, Pengamat: Nasdem Sakit Hati... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Setelah nggak diundang ke Istana dalam pertemuan pimpinan parpol dengan Presiden Jokowi, NasDem bereaksi keras. Sejumlah kadernya mulai berani menyindir Presiden. Ada juga yang malah menyerang partai-partai lain di koalisi pemerintah. Tiba-tiba galak, NasDem kayak patah hati ya...

        Sudah hampir sepekan pertemuan Jokowi dengan 6 pimpinan parpol pada Selasa (2/5) malam digelar, tapi efek politiknya masih terasa. Meskipun Jokowi dan parpol koalisi sudah memberikan penjelasan, NasDem masih belum terima. Mareka masih mengungkit-ungkit tidak diundangnya Ketum NasDem, Surya Paloh dalam pertemuan itu.

        Wakil Ketua Umum NasDem, Ahmad Ali mengaku heran dengan keputusan partainya yang mengusung Anies Baswedan jadi masalah di koalisi. Menurutnya, mengusung siapa pun di Pipres, merupakan kewenangan partai. 

        "Pak Jokowi merasa pengusungan Anies itu menjadi permasalahan," sindirnya. 

        Anggota Komisi III ini pun menuding Jokowi tengah memfasilitasi parpol koalisi pemerintah untuk membentuk poros baru, menatap Pemilu 2024. Seingatnya, NasDem tidak pernah mbalelo. "Kami tidak merasa bahwa ada sesuatu hal yang kami langgar dalam koalisi ini," tegasnya.

        Meskipun tak lagi dianggap dalam koalisi pendukung pemerintah, Ali memastikan sikap partainya tetap sama. Yakni akan terus mengawal kepemimpinan Jokowi hingga berakhir di tahun 2024. Dia menolak dengan desakan dari berbagai pihak, agar NasDem sebaiknya keluar dari koalisi. Misalnya seperti PAN yang keluar dari pemerintahan, setelah beda jalan saat Pilpres 2019 lalu. 

        “PAN itu penumpang gelap dulu, kok mau dibanding-bandingkan. PAN gabung di tengah jalan. Kebijakan partainya tidak mengawal pemerintahan,” sindir Ali.

        Baca Juga: Jokowi Cawe-cawe ke Capres, Rocky Gerung: NasDem Terlalu Arogan Ambil Keputusan dalam Pencapresan

        Dirinya menyerang balik pihak yang mendesak NasDem keluar dari kabinet. Sebab, hal itu merupakan hak prerogatif Jokowi. "Kecuali mereka mau nambah kursi ya. Kalau kemudian mereka mendesak-desak keluar dari pemerintahan untuk menambah kursi kabinet ya itu hal berbeda," tukasnya.

        Sindiran juga datang dari Sugeng Suparwoto. Ketua DPP Partai NasDem itu mengungkit agenda pertemuan yang membahas Pilpres saat Presiden dan 6 parpol di Istana. Dia menyindir Jokowi sedang cawe-cawe urusan Pilpres.

        "Mohon maaf. Presiden sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus kepala negara itu harus memposisikan sebagai negarawan. Intinya bagaimana meng-endorse satu per satu itu menurut hemat kita tidak bagus. Dalam konteks cawe-cawe lah kalau bahasa umumnya," kritiknya.

        Agar hubungan antar NasDem dan Jokowi harmonis lagi, dia berupaya mempertemukan Paloh, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Jokowi. Sugeng mengatakan Luhut akan menjadi pembawa pesan di antara Paloh dan Jokowi dalam pertemuan tersebut. Hal ini telah dibahas saat Paloh bertemu Luhut beberapa hari lalu.

        "Lepaskanlah ego masing-masing dengan prevensi atau referensi calon kandidatnya masing-masing. Tetapi kita lebih pada persoalan-persoalan karena bangsa ini besar, begitu. Dan ini harus menjadi realita," imbuhnya.

        Sikap NasDem yang mulai menyerang pemerintah dan mitra koalisi diketawain Politisi PDIP, Hendrawan Supratikno. Menurutnya, Jokowi akan mengundang seseorang tergantung dari apa yang ingin dibahas. Keputusan saat itu sebagai upaya menjaga perasaan NasDem. 

        "Bila topik terkait hal-hal yang menyangkut strategi kerja sama politik jelang Pemilu 2024, tentu tidak mengundang NasDem merupakan sinyal kedewasaan. Bayangkan jika NasDem datang, justru akan salah tingkah. Pengundang akan dinilai tak menjaga perasaan," ujarnya.

        Lagipula, sikap NasDem membangun koalisi dengan PKS dan Demokrat sudah menunjukkan perbedaan arah pandangan. "Sungguh tidak etis, bila pihak yang diundang, diminta mendengar hal-hal yang seharusnya tidak didengar," ucap Hendrawan.

        Ketua DPP PPP, Achmad Baidowi meminta NasDem segera angkat kaki dari pemerintahan karena sudah menjadi duri dalam daging. “Tunjukkan dong sikap gentleman. Kalau sudah beda ya keluar,” ujar Awi-sapaannya. 

        Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai, serangan yang keluar dari anak buah Paloh menandakan NasDem sedang patah hati. Dia tidak menampik, bila wajar menyampaikan kritik kepada Presiden. "Namun, kritik kader Nasdem jelas menunjukkan kekecewaan, sekaligus kemarahan," sindir Dedi. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: