Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menteri Teten Sebut UMKM Masih Terkendala Agunan Saat Akses Pembiayaan ke Perbankan

        Menteri Teten Sebut UMKM Masih Terkendala Agunan Saat Akses Pembiayaan ke Perbankan Kredit Foto: KemenKopUKM
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan saat ini UMKM masih terkendala dalam mengakses pembiayaan ke perbankan (agunan). Diharapkan, perbankan terutama bagi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), untuk mempermudah para pelaku UMKM dalam mengakses pembiayaan.

        Dengan mempermudah UMKM mengakses pembiayaan di perbankan, hal ini merupakan upaya untuk UMKM dapat naik kelas dengan memperkuat modal kerja.

        Baca Juga: Kolaborasi BUMN Majukan UMKM, Pupuk Kaltim Hadirkan Produk Wastra di PaDi UMKM Expo 2023

        "Himbara harus proaktif memberikan bantuan pembiayaan. Tapi jangan lagi dengan pendekatan agunan. Cara ini sudah tidak lagi dipakai di luar negeri. Mereka sudah menggunakan skema credit scoring untuk menilai UMKM layak atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan. UMKM itu tidak punya aset, tapi pinjam uang ke bank harus punya agunan," jelas MenkopUKM Teten dalam keterangannya, Rabu (21/6/2023).

        Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sudah menargetkan porsi kredit perbankan ke UMKM harus mencapai 30% di tahun 2024. Menurut Menteri Teten, kalau UMKM masih sulit mengakses pembiayaan perbankan dengan skema agunan, target tersebut bisa saja sulit dipenuhi.

        "Pada 2024 kredit perbankan dipatok 30 persen. Ini sulit tercapai karena harus ada perubahan besar. Saya sampaikan ini terus-menerus supaya ada perubahan, karena kalau seperti ini terus hanya sedikit (UMKM) yang naik kelas. Naik kelas itu butuh modal kerja untuk mengembangkan usahanya, kalau hanya mengandalkan modal sendiri itu sulit," kata MenKopUKM.

        Hal itu juga kata Teten, yang menjadi alasan bagi Pemerintah untuk terus menambah plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR), agar semakin banyak usaha mikro terbantu untuk menambah modal usahanya.

        "Mau bagaimanapun tak sedikit UMKM yang selama ini menggunakan uang secara mandiri karena sulit pinjam ke bank," katanya.

        Dalam mengatasi persoalan ini juga, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) terus berupaya agar UMKM mendapatkan kemudahan dalam mengakses pembiayaan. Salah satunya dengan melakukan konsolidasi para petani-petani kecil dengan lahan yang sempit.

        "Kami melakukan piloting untuk petani sawit yang diintegrasikan dalam sebuah koperasi dan terhubung sebagai offtaker. Di mana offtaker ini yang menghubungkan para petani ke sektor pembiayaan seperti perbankan. Termasuk yang ada di Ciwidey, perbankan sudah masuk untuk memberikan pembiayaan melalui koperasi sebagai offtaker. Karena bagaimanapun bank pasti akan mau masuk kalau potensi rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL)-nya kecil," ucap Menteri Teten.

        Baca Juga: Kemenkop-UKM Bersama Pemprov Gorontalo Lakukan Kick-Off Gernas BBI dan BBWI 2023

        Ia menegaskan, dengan kemudahan akses pembiayaan dari perbankan ke UMKM, semakin mendukung UMKM maju dan berkembang. Sekaligus menciptakan semakin banyaknya lapangan kerja dan menuntaskan kemiskinan di daerah.

        "Struktur ekonomi sebesar 96% dikuasai oleh sektor mikro. Sementara ekonomi menengah hanya sedikit karena usaha mikro yang naik kelas juga sedikit. Ini tidak ideal. Sebab sebanyak 70% lapangan pekerjaan disediakan oleh sektor usaha mikro sementara kredit yang disediakan oleh bank baru sekitar 21%," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
        Editor: Ayu Almas

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: