- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Jelang Iduladha, Ini 6 Saham yang Masih Bisa Dilirik Investor untuk Trading
Market pada minggu ini hanya akan berlangsung selama 2 hari karena ada cuti bersama Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada minggu lalu berbalik melemah sebesar 0.9%.
Semua sektor pada minggu lalu mengalami pelemahan dengan pelemahan terbesar di sektor teknologi sebesar -4.3%, kesehatan -1,6% dan barang baku sebesar -1.1%. Sementara itu, pelemahan terkecil pada minggu lalu tercatat di sektor keuangan sebesar -0.1%.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino menjelaskan pada minggu lalu sentimen negatif lebih banyak datang dari eksternal, yakni testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell, turunnya sebagian besar harga komoditas dan berlanjutnya aksi jual investor asing.
"Poin-poin penting testimoni dari Jerome Powell yakni bahwa usaha The Fed untuk mengendalikan inflasi belum selesai, masih adanya peluang tambahan kenaikan suku bunga acuan sebanyak dua kali masing-masing 25 bps dan kebijakan terkait suku bunga acuan akan dievaluasi berdasarkan perkembangan inflasi," tegasnya di Jakarta pada Senin, 26 Juni 2023.
Baca Juga: IHSG Berhasil Tembus Zona Hijau Setelah Terapresiasi 0,14% pada Jeda Siang
Terkait turunnya sebagian besar harga komoditas, terang Mino, masih adanya peluang kenaikan suku bunga acuan menimbulkan kekhawatiran investor akan potensi tekanan terhadap perekonomian yang bisa berdampak pada permintaan komoditas.
Ia menambahkan penegasan masih adanya peluang kenaikan suku bunga acuan juga membuat nilai tukar dolar Amerika menguat terhadap mata uang utama lainnya dan menjadi tambahan katalis negatif di pasar komoditas.
Sentimen negatif selanjutnya yakni berlanjutnya aksi jual investor asing pada minggu lalu, dimana asing kembali mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp1.42 triliun (vs minggu sebelumnya Rp2.26 triliun). Beberapa saham yang terpantau paling banyak di lepas (net sell), yakni TLKM (Rp266 miliar), BBCA (Rp238 miliar), BBRI (Rp238 miliar).
"Dengan aksi jual tersebut maka dari awal tahun pembelian bersih investor asing berkurang menjadi Rp11.94 triliun dari sebelumnya Rp13.36 triliun," jelasnya.
Sementara itu 2 sentimen positif yang menahan IHSG tidak melemah tajam yakni dipertahankannya suku bunga acuan dan lebih tingginya pertumbuhan kredit perbankan.
Mino menjelaskan sesuai dengan ekspektasi pasar Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya secara berturut-turut di level 5.75%. Menurut BI kebijakan tersebut sesuai dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali di kisaran 3.0 plus minus 1% hingga akhir tahun. Fokus kebijakan diarahkan pada stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dan potensi rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan global.
Terkait pertumbuhan kredit perbankan yang tinggi, imbuhnya, pada bulan Mei pertumbuhan kredit perbankan tercatat tumbuh 9.39% lebih tinggi dari sebelumnya 8.08%. Pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit di sebagian besar sektor ekonomi, seperti sektor jasa dunia usaha, pertambangan, industri dan jasa sosial.
"Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan permintaan sejalan kinerja korporasi yang tumbuh tinggi serta tersedianya likuiditas dan longgarnya standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan," terang Mino.
Baca Juga: Kekhawatiran Resesi di AS Semakin Terpampang Nyata, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Saham?
Berbicara tentang peluang market pada minggu ini Mino mengimbau trader memerhatikan sentimen domestik (pendeknya hari bursa, pertumbuhan jumlah uang beredar dan ex date dividen PTBA) dan sentimen eksternal yakni perkembangan harga komoditas.
Terkait pertumbuhan jumlah uang beredar, terangnya, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tumbuh positif. Posisi M2 pada April tumbuh 5.50% yoy setelah sebelumnya tumbuh 6.20% yoy. Perkembangan tersebut terutama ditopang oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit/M1 sebesar 3.4% yoy. Perkembangan M2 April terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit yang tumbuh 8.0% yoy.
Dihadapkan pada data-data dan sentimen di atas Indo Premier merekomendasikan 6 saham untuk trading hingga 27 Juni 2023 yakni BBTN (Support: 1.270, Resistance: 1.380), ARTO (Support:2.770, Resistance: 3.330), ICBP (Support: 11.000, Resistance: 11.450), INDF (Support: 7200, Resistance: 7.425), ACES (Support: 630, Resistance: 700) dan AKRA (Support: 1.450, Resistance: 1.550).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: