Dibongkar GoPay, Beginilah Jalan Nasib Industri Fintech di Indonesia

Industri fintech semakin hari menunjukkan pertumbuhan yang melesat. Dalam konteks perusahaan-perusahaan dengan sejarah panjang, seperti industri pertambangan atau perbankan yang dahulu masih menggunakan manual, perubahan untuk menerapkan sebuah aplikasi fintech bukanlah hal yang mudah. 

Managing Director, Chief Compliance Officer at GoPay, Budi Ganda Subrata, mengatakan melihat perkembangan menarik Industri fintech, di mana sejumlah perusahaan mengambil langkah-langkah berani untuk berinovasi, beberapa waktu lalu, perusahaan asuransi dari Sinarmas mengambil langkah inovasi ini.

Baca Juga: Sasar Pasaran Tak Tersentuh Gojek, Begini Strategi GoPay

“Mereka sebelumnya telah lama beroperasi dalam bisnis asuransi yang konvensional memutuskan untuk merambah dunia insurtech. Ini contoh bagaimana perusahaan mengubah model bisnis mereka untuk mencapai segmen yang berbeda dengan menggunakan platform digital dan mobile,” ucap Budi dalam kanal YouTube Dr. Indrawan Nugroho (CEO dan Co-founder CIAS), Jumat (27/10).

Hal ini menggarisbawahi bahwa industri seiring berubahnya zaman mengalami perkembangan yang pesat. Perusahaan tidak lagi membatasi diri pada apa yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun. Mereka mulai mencari peluang baru, menggabungkan fitur-fitur, atau bahkan membuat aplikasi mandiri. 

“Terdapat perusahaan yang melakukan unbundling, memisahkan layanan mereka menjadi komponen yang lebih kecil, serta yang melakukan bundling, menggabungkan layanan dari berbagai sumber untuk memberikan solusi yang lebih komprehensif,” tutur Budi.

Hal ini merupakan cerminan dari dinamika yang ada dalam industri fintech. Bagi perusahaan yang mungkin telah beroperasi selama beberapa tahun, atau bahkan dekade, tanpa banyak perubahan, penting untuk mempertimbangkan agar mereka dapat mengikuti perkembangan yang ada supaya tidak tertinggal. 

Baca Juga: Lepas dari Tokopedia dan Gojek, GoPay Siap Bersaing di Indonesia

“Perusahaan yang dulunya konvensional atau mungkin memiliki keterbatasan dalam teknologi, perlu melihat apakah ada fitur yang dapat mereka tingkatkan Atau apakah ada potensi untuk melakukan bundling atau unbundling dalam bisnis mereka?, ini perlu dilihat agar ke depannya dapat melakukan evaluasi dan melakukan yang lebih baik,” ucap Budi.

Sebagai contoh, sektor uang elektronik telah melihat perkembangan besar, seperti Gopay, Ovo, Dana, dan Shopee Pay. Meskipun inovasi dalam penggunaan teknologi pembayaran telah muncul, aspek fundamental terkait pengendapan dan manajemen risiko masih terkendali di bank-bank yang diatur ketat. Oleh karena itu, kerja sama dengan bank menjadi krusial.

Baca Juga: AFSI Bongkar Jalan Terjal Industri Fintech Syariah di Indonesia

Budi melanjutkan tidak hanya itu, Business model juga mengalami perubahan. Misalnya saja Budi mencontohkan sektor multifinance yang sebelumnya fokus pada pembiayaan berbagai jenis, sekarang juga memiliki model by now pay later yang memungkinkan transaksi yang lebih kecil, semuanya melalui perangkat mobile. Inovasi tidak hanya dalam teknologi, melainkan juga dalam model bisnis.

Penting untuk diingat bahwa layanan-layanan konvensional tetap ada karena mereka menjadi infrastruktur dasar dalam industri fintech. Meskipun ada inovasi yang terus berkembang, layanan-layanan konvensional tetap penting dalam sistem keuangan. Seluruh industri ini terus berubah. Semua perusahaan harus memikirkan cara untuk berkembang dan berinovasi. 

Baca Juga: Saring Perusahaan Fintech Syariah, Ini Strategi AFSI

“Mungkin saatnya untuk mempertimbangkan bagaimana fitur-fitur mereka dapat berkembang menjadi aplikasi mandiri atau bagaimana mereka dapat berkolaborasi dengan yang lain untuk memberikan layanan yang lebih baik. Ini merupakan dinamika yang menarik dalam industri fintech dan sebagai pembisnis, saya dapat melihatnya terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir,” tukas Budi.