Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya merasa kasihan dengan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep dan PSI jika maju Pilkada Jawa Tengah (Jateng) meskipun menang.
Karena seharusnya Kaesang Pangarep sebagai ketua umum partai politik memperoleh level lebih tinggi dari sekadar menjadi calon gubernur (cagub) atau calon wakil gubernur (cawagub), dan jika menang PSI hanya akan disebut sebagai partai Jateng.
Baca Juga: Ini Jagoan Megawati untuk Lawan Ahmad Luthfi-Kaesang di Jateng
"Ini kasihan bukan hanya Mas Kaesang tapi kasihan PSI-nya kalau diposisikan ketua umum-nya hanya akan menjadi kepala daerah apalagi wakil kepala daerah misalnya kalau terjadi di Jateng," ucapnya, dikutip dari YouTube KOMPASTV, Kamis (1/8).
"Ada kesan PSI kemudian kalau misalnya Mas Kaesang menang pun di Jawa Tengah ya hanya partai Jateng, wakil gubernur pula gitu, padahal kita tahu dalam sistem presidensial fungsi seorang ketua umum itu sangat besar dan biasanya itu tidak terkait malah dengan posisi sebagai seorang presiden apalagi hanya kepala daerah," imbuhnya.
Sementara diketahui, dalam survei Litbang Kompas untuk Pilkada Jateng 2024, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep meraih elektabilitas tertinggi dengan 7 persen, posisi kedua ditempati Irjen Pol Ahmad Luthfi dengan 6,8 persen.
Kemudian posisi ketiga diraih mantan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin dengan elektabilitas 3,2 persen, lalu selanjutnya Raffi Ahmad yang merupakan selebrias terkenal dengan 2,8 persen.
Lalu posisi selanjutnya adalah Bupati Kendal Dico Ganinduto dengan elektabilitas 2,6 persen, padahal senter dikabarkan menjadi pasangan Raffi Ahmad. Lalu mantan Gubernur Jateng Bibit Waluyo 2,4 persen dan mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi 2,0 persen.
Kemudian Muhammad Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf dengan 1,2 persen, politikus kawakan PDI-P Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul 1,2 persen, dan mantan Menteri ESDM Sudirman Said mendapatkan 0,8 persen.
Survei tersebut dilakukan pada 20-25 Juni dengan responden sebanyak 500 orang dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, sempel diambil secara acak dengan metode pencuplikar sistematis bertingkat dengan margin of error kurang lebih 4,4 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: