Kendala Produksi Garam Lokal, Mengapa Indonesia Harus Impor untuk Industri?
Produksi garam di dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan industri. Terutama di sektor-sektor strategis seperti aneka pangan dan farmasi. Kondisi tersebut memaksa Indonesia harus terus melakukan impor garam dari negara lain.
"Sampai hari ini, petambak garam lokal belum bisa mencukupi kebutuhan industri kita," Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara kepada wartawan di Bandung, Kamis (24/10/2024).
Baca Juga: Waspada! Konsumsi Garam Berlebih Bisa Sebabkan Kematian, Ini Solusi dari Ajinomoto
Cucu mengatakan, impor garam dari beberapa negara seperti Australia menjadi solusi yang tak terhindarkan, mengingat kebutuhan garam untuk industri mencapai 4,3 juta ton per tahun. Sementara produksi dalam negeri hanya berkisar 1,9 juta ton.
Salah satu kendala utama adalah kualitas garam lokal yang belum sesuai standar industri. Garam yang dibutuhkan untuk sektor seperti aneka pangan dan farmasi harus memiliki kadar NaCI di atas 97,5 persen serta kadar air rendah, sekitar 0,5 persen.
“Sayangnya, garam lokal kita masih diproduksi secara tradisional dan sangat bergantung pada kondisi cuaca. Jika tidak ada musim panas, maka produksi garam pun tidak akan maksimal,” ujarnya.
Oleh karena itu, para pengusaha menantang para pihak termasuk pemerintah untuk mendorong inovasi teknologi agar produksi garam lokal memiliki kualitas tinggi.
"Kita menyambut baik jika ada teknologi yang bisa membantu menghasilkan garam berkualitas tinggi. Ini penting untuk meningkatkan daya saing kita di pasar global," ungkapnya.
Selain itu, banyak persepsi yang salah terkait potensi produksi garam di Indonesia. Bahwa semua air laut bisa diproduksi garam. Padahal hanya di pantai tertentu. Beberapa wilayah di Indonesia seperti Indramayu dan Cirebon sebagai penghasil garam, tetapi tidak semua pantai di Jawa Barat bisa digunakan.
Baca Juga: Efisiensi Rasa dengan MSG, Pengganti Garam yang Lebih Ekonomis dan Sehat
"Banyak yang berpikir Indonesia bisa memproduksi garam banyak karena memiliki garis pantai yang panjang. Padahal tidak semua pantai bisa digunakan untuk produksi garam. Garam membutuhkan hanya karakteristik laut tertentu," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: