Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Prabowo Ingin Segera Kembangkan Bioavtur, Ogah Diserobot Negara Lain

        Prabowo Ingin Segera Kembangkan Bioavtur, Ogah Diserobot Negara Lain Kredit Foto: Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan tegas agar Indonesia segera memulai pengembangan bioavtur untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.

        Menurut dia, pemeirntah saat ini mulai mengembangkan bahan bakar pesawat yang berkelanjutan alias bioavtur sebagai bagian dari upaya transisi energi menuju sumber daya yang ramah lingkungan.

        Baca Juga: Stiker 'Ranger Airborne' Prabowo Disoroti, Tanda Segera Ada Kolaborasi Militer Indonesia-AS?

        "Presiden memerintahkan agar kita perlahan-lahan sudah mulai masuk mengembangkan bioavtur karena kalo tidak, negara lain yang akan membangun bioavtur ini. CPO-nya dari kita, minyak jelantahnya dari kita,” ucap Bahlil dalam rapat kerja dengan Komisi XII DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (13/11/2024).

        Bahlil, menanggapi arahan dari presiden, menyebut jika pihaknya juga berencana untuk menerapkan kebijakan mandatory bagi Pertamina dalam produksi bioavtur. Kebijakan tersebut dinilai penting untuk mendorong percepatan pengembangan bioavtur di dalam negeri.

        “Kami merencanakan untuk membuat ini sebagai mandatori. Karena kalau tidak, kita harus bersiap lagi untuk mendapatkan impor, pada saat bersamaan, dunia sudah berbicara tentang energi hijau,” ujarnya.

        Selain mengembangkan bioavtur, dirinya juga mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah tengah mempercepat transisi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) menuju biodiesel dengan kadar campuran minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) yang lebih tinggi.

        Adapun salah satu target utama adalah meningkatkan bauran biodiesel dari B35 menjadi B40 pada 2025, dan penerapan B50 pada 2026.

        Baca Juga: Masuk Peta Jalan Hilirisasi Kelapa, Indonesia Siap Kembangkan Bioavtur

        Bahlil menyatakan bahwa dengan mencapai target B50 pada 2026, Indonesia akan semakin mengurangi ketergantungan terhadap impor solar. Bahkan, ia menyampaikan bahwa pada 2050, Indonesia diharapkan dapat berhenti sepenuhnya dari impor solar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: