Perjalanan Merek Onitsuka Tiger, Diciptakan Tentara Perang Jepang hingga Bikin Nike Tertarik
Kredit Foto: Onitsuka Tiger
Onitsuka Co., yang kini dikenal sebagai ASICS, adalah salah satu merek sepatu olahraga paling berpengaruh di dunia. Meskipun kini telah berganti nama, tetapi corak khasnya seperti tidak bisa lepas dari nama Onitsuka.
Kisah Onitsuka dimulai dari visi seorang pria bernama Kihachiro Onitsuka, yang bertekad untuk membangkitkan semangat pemuda Jepang pasca Perang Dunia II melalui olahraga. Dengan prinsip “mens sana in corpore sano” atau "pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat," Onitsuka memulai sejarahnya pada tahun 1949 dengan mendirikan Onitsuka Co. Ltd.
Kihachiro Onitsuka, seorang mantan perwira militer, memulai bisnisnya ini setelah meninggalkan pekerjaan sebagai karyawan. Saat itu, dia kecewa dengan manajemen perusahaan yang dianggapnya egois.
Kihachiro Onitsuka yakin bahwa olahraga adalah cara untuk mengembangkan tubuh dan pikiran yang sehat, terutama bagi generasi muda Jepang yang sedang berusaha pulih dari dampak perang. Maka, meskipun awalnya tidak memiliki pengetahuan tentang pembuatan sepatu, Onitsuka memutuskan untuk menciptakan sepatu olahraga, dimulai dengan sepatu basket.
Baca Juga: Murdaya Poo, dari Penjual Koran hingga Sukses Punya Pabrik Sepatu Nike
Sebagai seseorang yang tidak ahli dalam dunia sepatu, Kihachiro tentu menghadapi banyak masalah. Tantangan pertama yang dihadapinya adalah menciptakan sepatu dengan daya cengkeram baik. Inspirasi datang secara tak terduga saat ia menyantap salad gurita. Ia memperhatikan cara tentakel gurita menempel kuat pada mangkuk, yang kemudian menginspirasinya untuk menciptakan sol sepatu dengan cangkir hisap. Hasilnya adalah "Sepatu Gurita" pada tahun 1951, yang memberikan daya cengkeram luar biasa dan membantu tim basket Sekolah Menengah Kobe memenangkan kejuaraan.
Di tahun selanjutnya, Kihachiro tidak hanya berinovasi dalam sepatu basket. Pada tahun 1953, ia meluncurkan sepatu lari pertamanya, "Marathon Tabi", yang terinspirasi dari kaus kaki tradisional Jepang. Sepatu ini dirancang untuk mengurangi lecet dan meningkatkan kenyamanan pelari jarak jauh. Inovasi ini menarik perhatian pelari maraton legendaris Abebe Bikila, yang kemudian memakai sepatu Onitsuka untuk memenangkan maraton.
Selama membangun bisnis, Kihachiro juga harus berjuang melawan penyakit TBC dan microbacterium tuberculosis, yang hampir merenggut nyawanya. Namun, ia berhasil pulih berkat obat baru sehindaa terus berdedikasi untuk membuat sepatu olahraga.
Pada tahun 1964, produk Kihachiro yang dinamai Onitsuka Tiger mulai menarik perhatian internasional. Phil Knight dan Bill Bowerman, pendiri Nike, akhirnya memulai kemitraan dengan Onitsuka Tiger melalui perusahaan distribusi Blue Ribbon Sports.
Baca Juga: Sepakati Perjanjian Merek Dagang, Utang Sepatu Bata (BATA) Berencana Dihapuskan
Melalui kemitraan itu, sepatu seperti "Mexico 66" (1966) dengan garis-garis harimau ikoniknya menjadi simbol identitas merek. Pada tahun 1968, Bowerman menciptakan "Cortez", yang kemudian menjadi sumber perselisihan antara Onitsuka Tiger dan Nike setelah kedua perusahaan berpisah.
Pada tahun 1977, Onitsuka Tiger bergabung dengan GTO dan Jelenk untuk membentuk ASICS, yang mengambil filosofi "Anima Sana in Corpore Sano" (jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat).
Meskipun ASICS menjadi merek utama, merek Onitsuka Tiger diluncurkan kembali pada tahun 2002 sebagai merek gaya hidup, dengan lini Nippon Made yang mengklaim produk berkualitas tinggi buatan tangan di Tokyo.
Kihachiro Onitsuka meninggal pada tahun 2007 dan meninggalkan kisah Onitsuka Tiger sebagai sepatu klasik tertua dari Jepang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: