Perjalanan Ralph Rueben Lifshitz Membangun Ralph Lauren Corporation hingga Menjadi Ikon Mode Dunia
Kredit Foto: Istimewa
Siapa yang tak kenal Polo Ralph Lauren? Merek fashion asal Amerika Serikat ini dikenal dengan desainnya yang klasik, elegan, namun tetap terasa santai. Tapi di balik logo penunggang kuda yang ikonik itu, ada kisah inspiratif tentang perjuangan.
Ralph Lauren lahir dengan nama Ralph Rueben Lifshitz pada 14 Oktober 1939, dari pasangan imigran Yahudi asal Belarus. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara, tumbuh di lingkungan kelas pekerja yang serba kekurangan. Bahkan untuk membeli baju layak pun keluarganya sering kesulitan. Sejak kecil, Ralph sudah terbiasa membantu orang tua dan berjualan dasi untuk menambah penghasilan.
Karena sering diejek nama belakangnya, ia kemudian mengganti namanya menjadi Ralph Lauren. Siapa sangka bahwa hal ini menjadi langkah kecil yang kelak menjadi identitas besar di dunia mode.
Di tengah keterbatasan, Ralph muda kerap mencari pelarian ke bioskop. Dari sana, ia membayangkan kehidupan glamor dan penuh gaya seperti yang ia lihat di layar lebar. Imajinasi inilah yang menjadi bibit bagi estetika desainnya di masa depan, gaya klasik yang terinspirasi dari dunia aristokrasi dan kehidupan elite.
Meski hidup susah, Ralph tetap menomorsatukan pendidikan. Ia lulus dari DeWitt Clinton High School pada 1957, dan sempat bertugas di militer AS dari tahun 1962 hingga 1964. Setelah itu, ia bekerja di Brooks Brothers sebagai penjual dasi, lalu pindah ke Beau Brummell—perusahaan dasi tempat ia pertama kali diberi kesempatan besar.
Pada usia 28 tahun, Ralph berhasil meyakinkan atasannya untuk memproduksi dasi ciptaannya sendiri: lebih lebar, berani, dan penuh warna, sangat berbeda dari dasi sempit yang umum pada saat itu. Inovasi ini sukses besar, menghasilkan penjualan senilai $500 ribu hanya dalam tahun pertama.
Keberhasilan dasi inilah yang menjadi pondasi berdirinya Polo Ralph Lauren pada tahun 1967. Ia memulai bisnisnya dengan modal awal hanya $50, namun penuh keyakinan dan visi yang besar.
Setelah sukses dengan koleksi dasi, Ralph merambah ke lini pakaian pria pada 1968, lalu pakaian wanita pada 1971. Pada 1972, ia meluncurkan kaus polo dengan logo penunggang kuda, yang menjadi ikon merek hingga saat ini.
Tak hanya pakaian, Ralph juga merambah dunia parfum, rumah, bahkan restoran. Ia terlibat dalam dunia film dengan mendandani aktor dalam "The Great Gatsby" (1974) dan "Annie Hall" (1977), memperkuat citra mereknya sebagai simbol gaya klasik Amerika. Ia juga membuka flagship store mewah di Madison Avenue, New York, dan melebarkan sayap ke luar negeri dengan membuka toko pertama di London pada 1981.
Merek-merek turunan seperti Purple Label, Ralph Lauren Home, hingga Polo Bar adalah bagian dari diversifikasi bisnisnya yang kini menjadi gaya hidup, bukan sekadar fashion.
Perjalanan Ralph Lauren tentu tidak selalu mulus. Pada awal 1970-an, perusahaan sempat terancam bangkrut karena masalah pengelolaan. Ia juga sempat berjuang melawan tumor jinak yang mengganggu kesehatannya. Namun, dengan semangat pantang menyerah, ia bangkit dan terus membangun perusahaannya.
Pada 12 Juni 1997, Ralph Lauren Corporation resmi melantai di bursa saham. Ralph masih memegang kendali besar, dengan kepemilikan saham sebesar 81,5 persen saat IPO.
Hingga awal 2025, menurut Forbes, kekayaan Ralph Lauren diperkirakan mencapai US$10,8 miliar. Ia juga menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya di dunia mode, termasuk gelar kehormatan dari Ratu Elizabeth II pada 2019 yang menjadikannya desainer Amerika pertama yang menerima kehormatan tersebut.
Meski dunia terus berubah dan tantangan seperti krisis ekonomi atau tarif perdagangan datang silih berganti, Ralph Lauren Corporation tetap bertahan dan beradaptasi dengan inovasi digital serta kolaborasi kreatif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: