Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rugi DOID Makin Bengkak pada Kuartal I 2025, Cuaca Ekstrem Jadi Biang Kerok

        Rugi DOID Makin Bengkak pada Kuartal I 2025, Cuaca Ekstrem Jadi Biang Kerok Kredit Foto: BUMA
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID) harus menelan pil pahit pada kuartal pertama 2025. Perusahaan mencatatkan kerugian bersih sebesar USD70 juta, jauh lebih dalam dibandingkan kerugian USD19 juta pada periode yang sama tahun lalu.

        Pada kuartal ini, produksi batu bara merosot sebesar 17% menjadi 18 juta ton. Dampaknya, pendapatan pun ikut susut 17% menjadi USD352 juta, disertai anjloknya EBITDA sebesar 82% menjadi hanya USD14 juta.

        Gangguan produksi ini bukan tanpa sebab. DOID menghadapi tantangan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, mulai dari cuaca ekstrem hingga gangguan operasional. Curah hujan melonjak tajam di lokasi tambang utama di Indonesia dan Australia, menyebabkan banjir di area tambang hingga terganggunya akses operasional.

        Baca Juga: Perkuat ESG, Buma Internasional (DOID) Dirikan Perusahaan Baru

        Salah satu tambang utama di Indonesia mencatat peningkatan durasi hujan hingga 59%, sedangkan di Australia jumlah hari hujan (rain days) naik 47% dibandingkan tahun lalu. Tak hanya itu, insiden keselamatan dari pihak ketiga memaksa penghentian aktivitas hingga 27 hari di dua lokasi pertambangan utama.

        “Kinerja grup pada kuartal pertama 2025 dipengaruhi oleh tantangan operasional besar yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berada di luar kendali kami,” ujar Direktur BUMA International Group, Iwan Fuad Salim, dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu (28/6). 

        Ia menambahkan bahwa pihaknya telah bergerak cepat dan tegas melalui efisiensi, alokasi modal yang lebih disiplin, serta peningkatan produktivitas untuk mengembalikan momentum bisnis. “Kami tetap yakin akan kemampuan kami untuk memulihkan momentum dan menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan,” tegasnya.

        Baca Juga: DOID Dirikan Anak Usaha Baru di Bidang Rumput Laut, Ini Tujuannya

        Berkat berbagai upaya yang dilakukan, biaya tunai konsolidasi berhasil ditekan 7% secara tahunan (YoY), dengan penurunan sebesar 8% di Indonesia dan bahkan 21% di Australia. Perseroan juga memfokuskan belanja modal hanya pada proyek-proyek yang berdampak besar. 

        Lebih lanjut, DOID memperoleh tambahan positif dari Atlantic Carbon Group, Inc., yang baru diakuisisi tahun lalu. Anak usaha ini berkontribusi USD13 juta pada kuartal penuh pertamanya di bawah kepemimpinan baru. 

        Baca Juga: Anak Usaha DOID Beri Pinjaman USD36 Juta ke Atlantic Carbon Group, Dananya Buat Ini

        Olehnya itu, meski kuartal pertama penuh tantangan, sinyal pemulihan mulai tampak di kuartal kedua. Produktivitas alat menunjukkan peningkatan dan produksi di beberapa proyek ramp-up mulai menunjukkan progres positif. PT Persada Kapuas Prima (PKP), misalnya, sudah resmi beroperasi pada Juni dan diharapkan memperkuat volume produksi DOID di paruh kedua 2025.

        Tak kalah penting, DOID berhasil memperpanjang kontrak utama selama dua tahun di lokasi Goonyella, Australia yang memperkuat kepercayaan klien dan membuka jalan bagi pemulihan margin ke depan. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Belinda Safitri
        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: