- Home
- /
- New Economy
- /
- CSR
Integrasi AI dan Koding Jadi Kunci Masa Depan Pendidikan, Tapi Tantangannya Tak Sederhana
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Dunia pendidikan Indonesia sedang bersiap menghadapi lompatan besar menuju era digital. Namun, kesiapan infrastruktur, kompetensi guru, dan sarana pendukung yang belum merata masih menjadi tantangan utama. Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional bertajuk “Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua melalui Kecerdasan Artifisial, Koding, dan Pembelajaran Mendalam” yang digelar SEAMEO QITEP in Science (SEAQIS) bekerja sama dengan Telkom University (Tel-U), Kamis (10/7), di Graha Pos Bandung.
Seminar ini diikuti lebih dari 400 guru dari berbagai jenjang pendidikan serta mahasiswa calon guru. Selain itu, digelar pula workshop robotik yang diikuti oleh 90 peserta, menjadi bukti konkret bahwa transformasi teknologi dalam pendidikan bukan lagi sekadar diskursus, melainkan langkah nyata yang sedang dimulai.
Direktur SEAQIS, Reza Setiawan, menegaskan bahwa seminar ini menjadi bagian penting dalam mendukung kebijakan baru Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mengintegrasikan AI dan koding ke dalam sistem pendidikan nasional.
Baca Juga: Lewat Pijar, Telkom Indonesia Fasilitasi Ujian bagi Lebih Dari 408.000 Siswa di 29 Provinsi
“Peran kami adalah mendukung agar kebijakan ini bisa benar-benar terimplementasi di sekolah, bukan hanya menjadi wacana,” kata Reza.
Meski begitu, Reza mengakui bahwa penerapan AI dan koding masih sebatas mata pelajaran pilihan di sebagian sekolah. Ia menekankan pentingnya peningkatan kompetensi guru dan penyediaan fasilitas pendukung agar integrasi ini dapat berjalan merata.
SEAQIS menggandeng Telkom University, kampus berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dengan pusat riset unggulan di bidang AI dan robotik, untuk memperkuat sinergi antara riset dan kebutuhan praktis pendidikan.
“Kami butuh expertise dari kampus. Ini bukan kerja satu pihak. Tel-U punya kekuatan di riset, kami punya jaringan guru,” ujar Reza.
Sementara itu, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tel-U, Faisal Budiman, menyoroti pentingnya pentahelix collaboration (kolaborasi antara akademisi, dunia usaha, komunitas, pemerintah, dan media) untuk mendorong transformasi digital secara menyeluruh di dunia pendidikan.
“Era Society 5.0 menuntut semua pihak bergerak bersama. Kalau tidak cepat beradaptasi, kita akan tertinggal,” tegas Faisal.
Dia juga menyebut bahwa Tel-U berkomitmen mencetak talenta digital untuk mendukung target Indonesia Emas 2045 dan Sustainable Development Goals (SDGs).
Dari sisi kebijakan, Fathur Rohim, Pengembang Kurikulum Kemendikdasmen, menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam akan menjadi pendekatan utama ke depan. Salah satunya diwujudkan melalui program Coding Kurikulum Akademik (Coding KA) yang mulai diperkenalkan pada tahun ajaran 2025–2026.
“Pembelajaran mendalam akan membuat siswa lebih terhubung dengan dunia nyata dan termotivasi untuk belajar sepanjang hayat,” jelasnya.
Sementara itu, Guru Besar Telkom University, Prof. Adiwijaya, menambahkan bahwa AI bukan ancaman, melainkan alat untuk memperluas kapasitas intelektual manusia.
Ia juga menekankan pentingnya membangun karakter digital agar pemanfaatan teknologi bisa diarahkan untuk kebaikan.
“AI tidak menggantikan manusia. Tapi manusia yang tidak menguasai AI akan tergantikan oleh mereka yang menguasainya,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: