Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pajak Hiburan Dinilai Hambat Pertumbuhan Industri Kebugaran

        Pajak Hiburan Dinilai Hambat Pertumbuhan Industri Kebugaran Kredit Foto: Uswah Hasanah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pelaku industri kebugaran meminta pemerintah meninjau ulang kebijakan pajak hiburan yang selama ini juga dikenakan pada bisnis gym dan pusat kebugaran. 

        Mereka menilai kebijakan tersebut tidak tepat sasaran karena gym merupakan bagian dari sektor kesehatan dan kebugaran, bukan hiburan.

        Baca Juga: Industri Gym Nasional Dinilai Masih Minim, Precision Buka Arah Investasi Baru

        Hal itu disampaikan Principal PT Precision Gym Indonesia, Harryadin Mahardika, dalam acara peluncuran Precision Gym di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Sabtu (25/10/2025). 

        Menurutnya, penyamaan tarif pajak gym dengan hiburan seperti karaoke dan bioskop membuat biaya keanggotaan semakin mahal, sehingga masyarakat enggan berolahraga di pusat kebugaran.

        “Industri gym itu harganya sangat tinggi karena disamakan dengan harga hiburan. Ini tidak adil dan membatasi ekspansi pengusaha gym yang ingin menghadirkan layanan berkualitas dengan harga terjangkau,” ujar Harryadin.

        Harryadin menegaskan, gym tidak bisa dipandang sebagai bentuk hiburan semata karena memiliki fungsi sosial dan ekonomi dalam menjaga kesehatan masyarakat, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan menekan beban subsidi kesehatan pemerintah. 

        Menurutnya, pemerintah seharusnya memberikan insentif fiskal, bukan beban pajak tambahan, agar industri kebugaran bisa berkembang.

        “Kalau alat gym bisa disubsidi atau dibebaskan dari beban pajak hiburan, maka fasilitas kebugaran bisa lebih murah dan mudah diakses publik. Itu sama saja dengan mengurangi subsidi kesehatan di sisi orang sakit,” katanya.

        Selain itu, ia menilai potensi ekonomi industri kebugaran nasional masih sangat besar. Saat ini, jumlah gym berkualitas di Indonesia hanya sekitar 3.000 unit untuk populasi lebih dari 300 juta penduduk, jauh di bawah kebutuhan ideal. 

        Kondisi tersebut mencerminkan pasar kebugaran domestik yang belum tergarap optimal, padahal memiliki prospek investasi tinggi di sektor gaya hidup sehat.

        Melalui Precision Gym, Harryadin berupaya menghadirkan model bisnis baru berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI) dan genomik untuk menciptakan layanan latihan personal yang sesuai kebutuhan biologis setiap individu. 

        Ia berharap pemerintah turut mendorong tumbuhnya ekosistem kebugaran modern dengan kebijakan fiskal yang lebih ramah industri kesehatan.

        “Bangsa yang sehat adalah bangsa yang produktif. Dukungan fiskal yang tepat akan memperkuat fondasi ekonomi berbasis kesehatan dan gaya hidup aktif,” ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: