Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BHP Billiton Alami Kerugian Terbesar sejak 1851

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan tambang terbesar dunia, BHP Billiton, melaporkan kerugian tahunan yang menembus rekor senilai US$6,4 miliar pada tahun fiskal yang berakhir pada 30 Juni. Kinerja perusahaan terpukul oleh bencana pertambangan di Brasil dan anjloknya harga komoditas.

Sektor pertambangan global telah terpukul oleh lemahnya permintaan dalam beberapa tahun terakhir yang sebagian besar disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Kinerja BHP semakin terpuruk setelah bencana tambang Samarco di Brasil. Bendungan tersebut dibangun untuk menahan air dan limbah pertambangan bijih besi yang seringkali mengandung racun.

Kerugian paling besar berasal dari beban biaya yang dikenakan kepada perusahaan setelah runtuhnya bendungan bijih besi Samarco di Brasil pada November lalu. Bendungan tersebut dikelola bersama dengan perusahaan Vale asal Brasil.

Pada kejadian tersebut, 18 orang tewas dan satu orang masih dinyatakan hilang. Banjir akibat runtuhnya bendungan menghancurkan lahan pertanian dan mencapai daerah perkotaan sehingga banyak warga yang tidak bisa kembali ke rumahnya. Sebelumnya, BHP memprediksi biaya yang harus dikeluarkan akibat kejadian ini berkisar US$1,1 miliar-US$1,3 miliar.

Meski tidak memasukkan penyusutan aset dan beban operasional senilai US$7,7 miliar, laba perusahaan tetap anjlok sebesar 81 persen menjadi US$1,2 miliar dari US$6,4 miliar di tahun sebelumnya. Laba perusahaan terpangkas oleh lemahnya harga bijih besi, tembaga, batubara, minyak, dan gas. Kendati demikian, laba perusahaan masih lebih baik dari prediksi analis sebesar US$1,1 miliar.

"Harga komoditas diprediksi masih akan tetap rendah dan volatilitas dalam jangka pendek dan menengah, kami yakin dalam jangka panjang proyeksi bagi komoditas kami cukup baik, khususnya minyak dan tembaga," kata CEO BHP Andrew Mackenzie seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Jumat (19/8/2016).

Analis UBS mengatakan kerugian saat ini merupakan kerugian terbesar sepanjang sejarah yang dialami BHP Billiton sejak 1851.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: