Kredit Foto: Cahyo Prayogo
India akhirnya melakukan reformasi terbesar sejak tahun 1947. Pemerintah negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut menerapkan peraturan pajak baru untuk barang dan jasa atau Goods and Services Tax (GST).
Tarif baru akan berkisar antara 5 persen hingga 28 persen tergantung pada produk, dengan tarif standar sebesar 12 persen hingga 18 persen.
Perubahan yang telah lama ditunggu-tunggu tersebut bertujuan untuk merampingkan sistem pajak yang terfragmentasi dan mengubahnya menjadi pasar tunggal.
Ada pemikiran untuk menciptakan sebuah pasar nasional tunggal, bukan seperti saat ini. Selama ini, pemerintah India menerapkan pajak tidak langsung secara berlapis, yang membuat harga barang dan jasa melambung antara 25 persen hingga 40 persen. Kebijakan tersebut membuat aktivitas bisnis di negara tersebut menjadi rumit.
Pebisnis India telah melobi pemerintah untuk melakukan reformasi pajak, yang diharapkan dapat mengurangi biaya, khususnya untuk pengiriman barang yang melintasi perbatasan negara.
Menteri keuangan India Arun Jaitley menggambarkan reformasi pajak sebagai langkah transformatif, yang akan meningkatkan efisiensi dan kepatuhan pajak serta menghasilkan pendapatan tambahan bagi negara.
"Reformasi pajak juga memungkinkan kelancaran perpindahan barang dan jasa di seluruh negeri," kata Jaitley, seperti dikutip dari laman?BBC?di Jakarta, Minggu (5/11/2016).
Selain itu, setengah dari item dalam indeks harga konsumen tidak akan dikenakan pajak sama sekali untuk melindungi orang miskin.
GST juga tidak berlaku untuk produk petroleum, listrik, cukai alkohol, serta pajak untuk barang tidak bergerak. Seluruh jenis barang tersebut telah menyumbang pemasukan yang besar untuk pemerintah India.
Sementara itu, menurut Santosh Dalvi dari KPMG di India, perubahan tersebut menandai perkembangan yang signifikan.
Penerapan sistem baru pajak ini diyakini dalam mempercepat agenda reformasi yang dimiliki pemerintahan Narendra Modi. Pemerintahannya selama ini berupaya merombak secara berkelanjutan perekonomian India, seperti yang dijanjikan sebelum pemelihan umum.
?Setelah Modi memimpin selama dua tahun, banyak pejabat Amerika Serikat serta para pemangku kepentingan menantikan reformasi ekonomi yang berkelanjutan di India,? kata Kongres Amerika Serikat.
GST sebagai sistem perpajakan baru diharapkan bisa meningkatkan produk domestik bruto (PDB) India sebanyak dua persen. Selain itu juga dapat mendorong proteksionisme lokal.
Saat ini, India telah menyusul China sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement