Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan maksud pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyatakan kurs rupiah terhadap dolar AS saat ini tidak mencerminkan kondisi ekonomi domestik.
"Apa yang dikatakan Presiden itu maksudnya, esensinya sebenarnya kurs suatu negara dengan negara lainnya itu ditentukan betul oleh perdagangannya," ujar Darmin usai menghadiri gelaran "Sarasehan 100 Ekonom Indonesia" yang juga dihadiri oleh Presiden di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Darmin mencontohkan, nilai kurs rupiah terhadap kurs Tiongkok yakni Yuan Renminbi, semestinya memang harus diukur berdasarkan transaksi ekonomi Indonesia dengan Negeri Tirai Bambu tersebut.
"Artinya, kurs mata uang kita dengan China mustinya ya memang berdasarkan transaksi ekonomi kita dengan China, baik ekspor ataupun impor," kata Darmin.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat menjadi pembicara kunci dalam acara yang digelar oleh Institute of Development Economics and Finance (INDEF), mengatakan bahwa kondisi rupiah yang melemah terhadap dolar AS saat ini tidak mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia.
Menurut Jokowi, efek terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45, membuat dolar AS menguat tidak hanya terhadap rupiah, namun juga terhadap hampir seluruh mata uang di dunia.
Kendati demikian, Jokowi menegaskan bahwa tidak tepat apabila mengukur kondisi ekonomi Indonesia hanya melalui nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Kurs rupiah terhadap dolar bukan lagi tolak ukur yang tepat, tapi kurs rupiah terhadap mitra dagang kita," ujar Jokowi.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah dalam dua pekan terakhir memang menunjukkan tren pelemahan. Nilai tukar rupiah pada Selasa sendiri mencapai Rp13.405 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp13.516 per dolar AS. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement