PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) bersama PT Pertamina dan Toyota Motor Corporation membentuk kerjasama kemitraan pengembangan biomass napier grass atau rumput gajah sebagai bahan baku biofuel.
Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi RNI Agung P Murdanoto mengatakan untuk menghadapi pergeseran tren konsumsi energi dunia ke depan yang beralih pada penggunaan energi terbarukan dengan bersumber pemanfaatan biomassa salah satunya, maka pihaknya perlu menjalin kerja sama tersebut.
Menurutnya kerja sama ini sangat strategis, mengingat para pengamat telah meprediksi cadangan energi fosil dunia, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam akan habis pada 2050.
?Kerja sama ini telah memasuki tahap riset dengan ditandai pelaksanaan panen rumput gajah siklus kedua di Majalengka, Jawa Barat,? kata Agung, kemarin.
Sejauh ini lanjut dia dibanding tanaman lain, produktivitas dan cara budidaya rumput gajah adalah yang paling low cost. Karenanya rumput gajah sebagai salah satu komoditas yang tepat untuk mendukung pengembangan proyek second generation biofuel ini.
?Dipilihnya rumput gajah sebagai komoditas dalam kerja sama ini tidak terlepas dari rendemen etanol yang tinggi sehingga cocok digunakan sebagai salah satu bahan pembuat biofuel,? ujarnya.
Selain itu, produktivitasnya yang tinggi membuat rumput gajah dapat dipanen sampai tiga kali dalam satu tahun. Panen perdana telah dilakukan pada 6 Oktober 2016, dengan capaian produksi sebesar 103,40 ton.
?Untuk panen kedua ini diprediksi terjadi peningkatan produksi menjadi 118.66 ton. Kami akan lihat hasilnya setelah panen siklus ketiga di bulan Juni 2017,? tambahnya.
Selama ini penanaman rumput gajah di lahan hak guna umum (HGU) seluas 7 hektare (ha) milik anak perusahaan RNI, yaitu PT PG Rajawali II di Majalengka. Pihaknya juga akan terus melakukan evaluasi agar kandungan rendemen dan produktivitasnya semakin baik pada panen ketiga melalui Pusat Penelitian Agro (Puslitagro).
?Proses riset dan ujicoba masih berlangsung. Targetnya kami ingin memproduksi second generation biofuel yang betul-betul bersumber dari bahan baku nonpangan atau limbah. Untuk first generation biofuel sendiri telah banyak dikembangkan,? jelasnya.
Meski diakuinya rumput gajah belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber energi. Padahal iklim di Indonesia sangat mendukung pengembangan tanaman ini. Selama ini rumput gajah lebih banyak dimanfaatkan sebagai makanan ternak, bahkan terkadang dibiarkan tumbuh secara liar. Selain itu masih ditemuinya hambatan terkait dengan bahan baku karena bersumber dari bahan-bahan nabati yang masih bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Dewi Ispurwanti
Tag Terkait:
Advertisement