Kementerian Perindustrian memperkuat koordinasi di lintas kementerian dan lembaga guna memacu pengembangan industri mebel dan kerajinan nasional. Langkah sinergis yang dilakukan, antara lain untuk menjamin ketersediaan bahan baku, memberikan insentif untuk meningkatkan ekspor dan mendorong investasi di sektor yang berbasis hasil hutan tersebut.
?Misalnya, menyurati Kementerian terkait dalam rangka berkoordinasi untuk menghasilkan kebijakan strategis yang berpengaruh pada iklim usaha yang kondusif,? kata Dirjen Industri Agro Kemenperin, Panggah Susanto dalam keterangannya, kemarin.
Panggah menyebutkan, Menteri Perindustrian telah mengirimkan surat kepada Menteri Pertanian untuk meminta pengecualian sampel furnitur dari proses karantina. Selain itu, kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) tentang penyederhanaan birokrasi kayu hasil budidaya rakyat.
?Terkait impor bahan baku kayu bagi penerima fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), kami juga meminta kepada Menteri Perdagangan menghapus persyaratan rekomendasi Kementerian LHK,? paparnya. Kemudian, kepada Mendag juga, surat dikirimkan untuk penghapusan biaya verifikasi produk barang jadi rotan yang dibebankan kepada pelaku industri.
Panggah mengungkapkan, selama ini ketersediaan bahan baku telah dijamin melalui kebijakan larangan ekspor kayu dan rotan. Sedangkan, kebijakan untuk meningkatkan pasar ekspor, di antaranya dengan memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri pada pameran di dalam dan luar negeri serta memfaslitasi pemberian National Interest Account (NIA) melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Kemenperin mencatat, kinerja ekspor industri furnitur Indonesia pada tahun 2016 sebesar US$1,6miliar. Sementara itu, berdasarkan data Centre for Industrial Studies (CSIL), nilai perdagangan furniture dunia pada tahun 2016 mencapai US$131 miliar. ?Tahun 2017, nilai ekspor furnitur dunia diprediksi meningkat menjadi USD138 miliar,? ungkap Panggah.
Adapun, kebijakan pemberian fasilitas tax allowance untuk investasi industri furnitur di luar Jawa. Bahkan, dalam upaya peningkatan kualitas produk furnitur nasional, Kemenperin telah meresmikan program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dan industri serta pembangunan Politeknik Furnitur di Jawa Tengah.
Mencermati kondisi pasar dunia saat ini, Panggah optimistis, Indonesia mampu menjadi pemain utama industri furnitur di dunia. ?Karena kita punya keunggulan yang kompetitif melalui ketersediaan bahan baku, tenaga kerja yang memadai dan keberagaman desain,? tuturnya.
Selain itu, peluang untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik juga masih sangat besar. Untuk itu, menurutnya, upaya maksimal dari semua pihak terkait perlu dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, terutama dalam perbaikan sistem logistik bahan baku, produktivitas industri, inovasi produk, dan juga promosi yang lebih luas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement