Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

RS University College London Gunakan Artificial Intelligence

RS University College London Gunakan Artificial Intelligence Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

University College London Hospitals (UCLH), salah satu rumah sakit (RS) terbesar di kota London, akan merekrut kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ini ditujukan untuk melakukan beberapa kegiatan yang selama ini dilakukan oleh dokter dan perawat demi mengurangi tingkat antrean di ruang instalasi gawat darurat (IGD), mem-follow up jadwal check up dengan pasien, serta mempercepat tes rutin.

RS tersebut akan menggunakan algoritma pembelajaran mesin yang diciptakan oleh Alan Turing Institute. Algoritma tersebut akan mengumpulkan data untuk melacak bagaimana dokter dan perawat bergerak di dalam RS dan mengidentifikasi potensi hambatan. Berdasarkan survei yang dirilis National Health Service Inggris pada Maret lalu, hanya sekitar 76,4% pasien IGD di RSRS kota London dilayani dalam waktu 1 jam. Ini merupakan rekor terendah sejak survei dirilis setahun sekali pada 2010 lalu.

Kecerdasan buatan ini memungkinkan proses pemprioritasan pasien berdasarkan gejala. Misalnya, ia akan memprioritaskan pasien nyeri perut yang terindikasi penyakit ginjal, radang usus buntu, dan gejala terkait. Selain itu, ia juga akan memprioritaskan pasien yang melewatkan jadwal check up-nya dengan mempertimbangkan usia, alamat, dan kondisi cuaca, lalu secara otomatis akan mengirimkan pesan pengingat atau bahkan penjadwalan ulang kunjungan. Pada uji cobanya, tingkat keakuratan mencapai 85% untuk pasien yang menunjukkan pindaian magnetic resonance imaging (MRI).

Lalu, kecerdasan buatan juga bakal melakukan analisis pindai computerized tomography (CT) dari 25 ribu perokok dan melakukan tes cervical smear secara otomatis. Keputusan UCLH menggunakan kecerdasan buatan tepat satu bulan setelah DeepMind, anak usaha Google yang berbasis di London menggandeng National Health Service dan Moorfields Eye Hospital, untuk melatih kecerdasan buatan Google mendiagnosis penyakit mata dari hasil pindaian retina 3 dimensi.

Di AS sendiri, penggunaan AI sudah lebih dulu dilakukan. Pada Januari 2017, pusat klinik The Mayo menggandeng perusahaan startup Tempus untuk menganalisis pindaian seribu pasien yang berada dalam program kajian immunotherapy bagi melanoma, lymphoma, dan berbagai bentuk kanker lainnya. Para analis industri memperkirakan pangsa pasar kesehatan AI akan mencapai US$6,6 miliar pada 2021, naik dari US$600 juta di tahun 2014. Di AS, kecerdasan buatan diramalkan bisa menghemat sekitar US$150 miliar per tahun pada 2026.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel:

Berita Terkait