“Oh, jadi Anda mencari untung.” Selama karier 20 tahunnya Randy Paynter, sebagai wirausahawan sosial, ia sudah sering menerima frasa ini lebih dari beberapa kali. Pada awalnya, orang-orang terkesan dengan misi perusahaannya, setelah perusahaannya itu menghasilkan uang, mereka langsung melemparkan stigma “perusahaan itu hanya cari uang dan cari untung."
Lantas, apa masalahnya dari stigma itu terhadap pengusaha?
“Bagi kami yang mencoba memanfaatkan kekuatan pasar ekonomi untuk selamanya, stigma ini tidak adil dan terus terang, tidak membantu. Lebih jauh lagi, ini adalah perspektif berbahaya bagi dunia yang perlu mempromosikan dan mengangkat wirausaha yang digerakkan oleh tujuan lebih dari itu,” kata Randy.
Secara umum, orang umumnya menganggap lembaga nonprofit itu baik. Mereka memuji dan mendukung misi organisasi amal untuk meningkatkan dunia. Istilah-istilah nirlaba yang berhubungan dengan uang seperti "penggalangan dana" dan "sumbangan" menimbulkan niat baik di mata masyarakat, namun jadi ada kesan “mengatasnamakan” usaha di dalamnya.
Di sisi lain, sementara kebanyakan orang mengagumi seorang wirausahawan sosial untuk berbuat baik di dunia, dan mereka tidak terima ketika pengusaha itu menghadirkan istilah “penghasilan,” “pendapatan,” dan “keuntungan.”. Itu sungguh tidak adil rasanya.
Mari kita menjadi realistis, jika suatu bisnis dapat menghasilkan pendapatan dan berbuat baik pada saat yang sama, kita semua harus senang. Asalkan pendapatan yang dihasilkan tidak berasal dari dana organisasi.
Sepenglihatan Randy, masih banyak pengusaha sosial yang menjanjikan terlalu fokus untuk mempromosikan misi mereka, yang mana mereka dijamin umpan balik yang positif. Mereka kemudian mengakhiri margin mereka, yang mungkin bukan sebagai pujian tetapi sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka.
Stigma yang menganggap pengusaha sosial tidak boleh mendapatkan keuntungan dan menghasilkan uang harus segera diberantas. Mereka sering merasa terbebani dengan itu. Satu sisi mereka membutuhkan penghasilan, namun di sisi lainnya mereka enggan mendengar stigma yang dilontarkan masyarakat luas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: